Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ini Dampak Jadi Anak Emas Bos dan Bagaimana Sebaiknya

17 April 2024   13:53 Diperbarui: 18 April 2024   00:09 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketika karyawan jadi anak emas bos | Dokumen foto via Freepik.com

Enggak dipungkiri adanya perlakuan anak emas dalam dinamika kerja kantor memang kerap berlaku. Bahkan dapat prospektif untuk menguntungkan karier.

Bisa jadi kamu dapat berbagai privilege dalam project penting misalnya, mentoring dan training yang eksklusif misalnya, sampai peluang untuk dipromosikan.

Namun sebenarnya, dibalik prospek yang menguntungkan ketika dapat perlakuan jadi anak emas ini, terdapat dampak konsekuensi yang harus ditanggung.

Apa saja dampak konsekuensi tersebut?

Pertama, jadi anak emas bos itu bisa tidak disukai oleh rekan kerja.

Ya, ketika ada perbedaan perlakuan apalagi ada yang di-anak emas-kan oleh bos, sehingga dapat privilege dari bos, maka dampaknya adalah adanya sikap dislike dari rekan kerja, bahkan bisa dicap jadi penjilat demi jadi anak emas bos.

Kalau sudah begini, rekan kerja banyak yang kecewa karena merasa diperlakukan enggak adil oleh bos, merasa di-anak tiri-kan oleh bos.

Kemudian yang jadi efeknya juga adalah, si anak emas digosipin bahkan dicuekin oleh rekan kerja lainnya akibat dapat privilege jadi anak emas bos.

Kedua, jadi anak emas bos itu memiliki beban ekspektasi yang terlampau tinggi dari bos.

Mendapat privilege jadi anak emas kepercayaan bos memang melegakan dan menyenangkan, tapi harus siap juga dengan konsekuensi ekspektasi yang tinggi dari bos.

Memang sih, jadi anak emas bos akan dapat banyak project menguntungkan dari bos, tapi impact-nya adalah tuntutan yang diluar kapasitas, karena diekspektasi selalu berhasil dari bos.

Kalau sudah begini, maka dapat mengakibatkan gangguan kesehatan mental akibat stres dan burn out. Hingga akhirnya kualitas kerja jadi merosot.

Ketiga, jadi individualistis dan anti kritik.

Sering mendapat apresiasi privilege dari bos karena jadi anak emas bos, akhirnya jadi enggak terbiasa dengan kritik ataupun feedback.

Ketika anak emas mendapat kritik, eh malah merasa diserang, jadi defensif, dan enggak mau instropektif dan evaluatif atas kesalahan dan kekurangan diri.

Kalau begini, lambat laun tapi pasti, anak emas akan terdampak stuck dan ada dalam dunianya sendiri yang anti kritik dan anti instrospektif, serta anti evaluatif terhadap diri.

Ya, itulah tiga dampak konsekuensi bila menjadi anak emas bos. Enak tapi enggak enak juga sebenarnya, kan.

Lantas bagaimana sebaiknya?

Ilustrasi ketika karyawan jadi anak emas bos | Dokumen foto via Freepik.com
Ilustrasi ketika karyawan jadi anak emas bos | Dokumen foto via Freepik.com

Ya, jadi anak emas bos dengan segala privilege yang menguntungkan bisa dialami oleh siapa saja, dan sudah jadi rahasia umum dalam dinamika kerja.

Bahkan menerapkan strategi untuk menjadi anak emas bos bukanlah rahasia umum lagi dalam iklim kompetitif kerja.

Akan tetapi, ada juga yang kadang kita enggak pengen jadi anak emas bos, tapi bos yang bersikap menganakemaskan kita, jadi ewuh pakewuh sendiri kalau yang begini, kan. Mau nolak tapi enggak enak sama bos, diterima tapi enggak enak sama yang lain. Serba salah, kan.

Terus harus bagaimana dong?

Pertama, jadi anak emas bos adalah strategi terakhir.

Ya, jangan menggantungkan keberhasilan karier dengan menerapkan strategi jadi anak emas bos. 

Karena suatu ketika, iklim kerja bisa saja berubah, dan standar jadi anak emas bos berubah, apalagi ketika sudah jadi anak emas bos tapi enggak sesuai ekspektasi bos. Sewaktu-waktu bos bisa berpaling kepada yang lain untuk dijadikan anak emas. 

Oleh karenanya, lebih baik fokus saja kepada hal-hal yang fundamental seperti kualitas kerja, skill, networking. Jadi anak emas bukanlah haram, sah-sah saja sih, tapi jadikan strategi yang terakhir.

Tapi gimana kalau bos yang menerapkannya kepada kita?

Ya, terima saja sih, jangan juga menolak dan mengecewakan bos. Tapi penting jadi catatan adalah, kita harus bisa menjaga sikap kita dan perasaan kepada yang lain dengan tidak menonjolkannya dan jangan juga jadi anti kritik.

Kedua, berkontribusi kepada rekan kerja yang lain.

Ketika kita misalnya dipandang ekslusif atau jadi anak emas bos, jangan lupa daratan, tapi bantu bos untuk meluaskan pandangan apresiatifnya kepada rekan kerja yang lain.

Jadilah bijak untuk juga saling memberi kesempatan kepada yang lain untuk mendapat apresiasi dari bos, jadilah bajik untuk saling berkontribusi dengan rekan kerja.

Ketiga, fokus mengembangkan diri.

Tetap fokus mengembangkan diri adalah jalan yang bijaksana dalam berkarier, nilai mutu dan kualitas tidaklah semata berdasar jadi anak emas bos, tapi nilai mutu dan kualitas lah dalam mengabdi dan berdedikasi lah yang jadi kartu truf kita sebagai tolok ukur berhasil atau tidaknya kita mengemban jobdesc masing-masing.

------

Nah, inilah yang dapat penulis bagikan soal bagaimana dampak jadi anak emas bos, dan terkait bagaimana sebaiknya menyikapinya.

Jadi, gimana menurut kamu? 

Mau jadi anak emas bos, atau lebih mengedepankan sikap positif dengan mengedepankan mutu dan kualitas diri?

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun