Sering mendapat apresiasi privilege dari bos karena jadi anak emas bos, akhirnya jadi enggak terbiasa dengan kritik ataupun feedback.
Ketika anak emas mendapat kritik, eh malah merasa diserang, jadi defensif, dan enggak mau instropektif dan evaluatif atas kesalahan dan kekurangan diri.
Kalau begini, lambat laun tapi pasti, anak emas akan terdampak stuck dan ada dalam dunianya sendiri yang anti kritik dan anti instrospektif, serta anti evaluatif terhadap diri.
Ya, itulah tiga dampak konsekuensi bila menjadi anak emas bos. Enak tapi enggak enak juga sebenarnya, kan.
Lantas bagaimana sebaiknya?
Ya, jadi anak emas bos dengan segala privilege yang menguntungkan bisa dialami oleh siapa saja, dan sudah jadi rahasia umum dalam dinamika kerja.
Bahkan menerapkan strategi untuk menjadi anak emas bos bukanlah rahasia umum lagi dalam iklim kompetitif kerja.
Akan tetapi, ada juga yang kadang kita enggak pengen jadi anak emas bos, tapi bos yang bersikap menganakemaskan kita, jadi ewuh pakewuh sendiri kalau yang begini, kan. Mau nolak tapi enggak enak sama bos, diterima tapi enggak enak sama yang lain. Serba salah, kan.
Terus harus bagaimana dong?
Pertama, jadi anak emas bos adalah strategi terakhir.
Ya, jangan menggantungkan keberhasilan karier dengan menerapkan strategi jadi anak emas bos.Â