Sudah kerja keras bagai kuda, dibela-belain lembur sampai malem, eh tapinya kok enggak ngaruh? Kok tetap gini-gini aja ya?
Padahal dari lemburan ada tambahan uang lembur, bahkan ada tambahan uang makan, belum lagi insentif kalau ada dapat tambahan tugas di luar job desc, tapi kok ya tetap stuck di kelas menengah aja sih, kenapa ya?
Oh iya, barusan juga naik gaji 8 %, tapi kok ya enggak ngaruh, kok ya tetap sama, gini-gini aja?
Ini kok sama saja, penghasilan kok habis blas bles gitu aja, tiba-tiba aja udah mau habis, kok rasanya cepat banget lewatnya ini penghasilan, tiba-tiba mau akhir bulan kok nyaris bokek?
Apa karena semakin kesini apa-apa pada mahal ya, sehingga ada dampaknya juga pada kondisi ekonomi rumah tangga?
Ya, begitulah yang jadi pertanyaan saya dengan situasi dan kondisi kekinian yang saya alami, rasanya saya sudah bekerja begitu militan tapi kok stagnan enggak ada peningkatan signifikan.
Saya sebagai ASN dengan Pangkat Golongan III/D dengan jabatan Kepala Urusan di Instansi saya bekerja, tapi merasa terperangkap begitu lama di middle income atau dikelas menengah.
Padahal kalau dipikir-pikir ya, besaran penghasilan saya mulai dari gaji, tunjangan kinerja, dan uang makan berkisar delapan juataan rupiah, tapi kok ya gitu-gitu aja, blas bles tahu-tahu udah mepet aja pas mau akhir bulan.
Anomali bukan? Apakah bisa jadi di sini saya dan istri ada kesalahan dalam menerapkan gaya hidup?Â
Ya, bukannya bermaksud menggurui dan mengajari, inilah yang akan menjadi wahana saling sharing saran dan masukan saya kepada Anda.
Lantas, apa sajakah?
1. Skala prioritas dalam menerapkan gaya hidup.
Berupaya keras mengendalikan gaya hidup inilah rupanya yang penting dilakukakan, kami sadari memang, terkadang kami lepas kendali jadi konsumtif.Â
Kemudian terkadang, barang atau komoditi yang kira-kira enggak penting malah dibeli, bahkan mubazir, inilah rupanya yang perlu kami kendalikan.
Oleh karenanya adalah penting dalam mengendalikan gaya hidup kita ini, skala prioritas kebutuhan harus dikedepankan agar tidak terperangkap dalam gaya hidup yang konsumtif.
2. Mencari celah tambahan penghasilan dengan kerja sampingan.
Untuk memperkuat ekonomi rumah tangga kita, enggak ada salahnya kalau kita mencari kerja sampingan, tapi tentunya kerja sampingan ini jangan sampai mengganggu kerja utama kita.
Seperti saya misalnya, kebetulan saya punya bakat jadi voice over talent dan MC, maka terjunlah juga saya kerja sampingan menjadi voice over talent dan MC, ternyata kalau dapat job lumayan juga penghasilannya buat tambah-tambah.
Nah, Anda mungkin bisa mencoba kerja sampingan ini sesuai bakat dan talenta Anda masing-masing, siapa tahu bisa semakin memperkuat ekonomi rumah tangga.
3. Peran pemerintah dan pihak terkait dalam mengendalikan harga barang dan komoditi pangan.
Peran pemerintah dan pihak terkait juga amatlah penting dalam hal mengendalikan harga barang dan komoditi pangan.Â
Sebab, bagaimana kita bisa menyisihkan sedikit penghasilan untuk menabung kalau harga barang dan komoditi semakin kesini semakin mahal, sementara penghasilan kita hanya segitu-gitu saja.Â
Inilah juga dampak kenapa banyak orang terjebak dalam ekonomi kelas menengah bahkan malah terjerambab jatuh menuju ke kelas menengah ke bawah atau dibawahnya lagi.
Oleh karenanya pemerintah seyogianya membantu ekonomi masyarakat dengan pengendalian harga ini yang kian kesini apa-apa semakin mahal banget.
4. Berupaya keras menabung seberapapun nominalnya.
Ya, upayakan menabung seberapapun nominalnya, mau seratus ratus rupiah sekalipun, enggak masalah.Â
Saya misalnya, menjadikan galon air isi ulang bekas jadi tabungan uang receh. Pernah saat bokek banget eh ada keperluan penting, ternyata pas dikumpulin uang receh tersebut jumlahnya lumayan juga bisa membantu.
5. Selalu bersyukur.
Tidak kalah penting dan terlupakan adalah selalu bersyukur. Dengan begini kita bisa eling atas diri kita dan mengendalikan gaya hidup kita.
-----
Nah, itulah mungkin yang bisa saya sharing kepada Anda. Semoga saja kita bisa sama-sama saling memberi wawasan yang bermanfaat.
Lantas juga, apakah dengan yang saya sampaikan di atas menjamin kita bisa naik kelas dari kelas menengah untuk selangkah naik ke kelas menengah keatas atau ke kelas atas?
Ya, namanya juga usaha, ya kita coba, kan. Siapa tahu kalau kita komitmen dengan niat kita, maka apa yang kita cita-citakan bisa berhasil. Semoga.
Demikian artikel singkat ini. Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI