Bawahan jadi enggak belajar atas kesalahan yang diperbuatnya, mereka merasa kesalahannya gampang diampuni dan dilupakan, sehingga malah enggak merefleksi penyebab kesalahannya dan antisipasinya bagi ke depannya.
Kedua, enggak ada evaluasi dan perbaikan atas kesalahan.
Ketika kesalahan bawahan terlalu gampang diberi maaf dan ampunan, maka bawahan jadi merasa enggak perlu memperbaiki prosesnya, sehingga yang terjadi adalah akar masalah tetap ada karena enggak diatasi dan enggak ada inovasi untuk perbaikan.
Ketiga, bawahan jadi melunjak karena merasa gampang diampuni atas kesalahannya.
Karena gampangnya dimaafkan dan diampuni tadi, bawahan kesannya jadi ngelunjak, sehingga karena merasa diwajarkan dan dilogiskan, bawahan malah tidak mau introspeksi diri atas kesalahannya.
Lantas bagaimana sih sebaiknya yang bisa diterapkan atasan dalam merespons kesalahan yang diperbuat bawahan agar mereka tahu introspeksi diri dan belajar dari kesalahannya?
Pertama, memaafkan tapi juga dengan arahan dan petunjuk.
Benar, kesalahan bawahan atas pekerjaannya adalah wajar dan logis, namanya manusia itu enggak lepas dari khilaf, tapi dalam hal ini penting adalah memberi petunjuk dan arahan perbaikan atas kesalahan yang diperbuat bawahan.
Tentunya, agar bawahan memahami bahwa dari kesalahannya ini ada hal yang harus dievaluasi dan diperbaiki, bawahan jadi teredukasi untuk lebih instrospektif agar kedepannya tidak terjadi kesalahan berulang.
Kedua, mengingat kesalahan bawahan dengan mengidentifikasi kesalahannya.
Sebagai atasan, memaafkan bawahan tentu perlu, akan tetapi jangan gampang dilupakan. Dalam hal ini atasan harus mengingatnya dan mengidentifikasi kesalahannya.
Ingatkan bawahan bahwa kesalahan yang diperbuat saat ini tercatat atau dicatat. Kesalahan kali ini dapat ditolerir, tapi bila berbuat kesalahan yang sama akan ada punishment.