Istri saya kini harus menerima kenyataan pahit bahwa dirinya divonis mengidap penyakit diabetes. Terkejut memang, ketika pertama kali tahu, begitu pula saya. Tapi ya begitulah kenyataannya.
Betapa tidak menyangkanya saya dan istri ketika menerima hasil laboratorium bahwa glukosa sewaktu istri saya sangat tinggi dari batas normal yaitu 377 mg/dl dengan batas normal 180 mg/dl.
Terutama istri saya yang langsung shock berat dan nyaris pingsan ketika menerima hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
Namun dengan begini pun kami bersyukur, karena ketahuan penyakitnya, sehingga dapat pengobatan sesuai penyakit yang diderita.
Sebelum ketahuan penyakitnya, beberapa bulan belakangan ini istri saya kerap mengeluh merasa cepat lelah, sakit kepala berkepanjangan, pusing berlarut-larut, sendi-sendi badan terasa sakit, seluruh badan terasa kebas, anxiety disorder, tremor, sering buang air kecil, dan sulit tidur.
Berobatlah istri ke faskes tingkat 1 BPJS untuk mengecek kenapa sih belakangan ini ada yang enggak beres dengan kesehatannya, tapi malah di rujuk ke spesialis penyakit jiwa, tapi juga karena adanya keluhan lainnya selain anxiety disorder, maka dokter spesialis kejiwaan memberikan rekomendasi rujukan untuk berobat ke penyakit dalam.
Nah, pas berobat ke spesialis penyakit dalam inilah akhirnya ketahuan penyakit istri saya yang ternyata berdasar hasil laboratorium istri saya kena diabetes.
Dan akhirnya, menangislah istri saya sejadi-jadinya, tapi saya coba terus menenangkan istri saya untuk tetap tabah dan sabar atas cobaan yang dialami ini. Enggak usah disesali apa yang sudah jadi kenyataan, lebih baik instrospeksi, begitulah saya menguatkan istri saya.
Namun demikian, tentunya hal ini juga menjadi bahan instrospeksi diri baik itu bagi saya dan istri untuk mengevaluasi gaya hidup pola makan kami bagi kedepannya.