Positifnya lagi, dari sini juga akhirnya di kampung saya tinggal yaitu di Asrama Sepinggan Jalan Wirayuda Balikpapan (boleh dicek secara fisik) kini memiliki Bank Sampah disalah satu rumah warga yang bersedia mengelolanya.
Disinilah bank sampah ini menjadi banyak manfaatnya bagi warga sekitar, dari pemilahan sampah kering, plastik, kertas, logam, dan kaca, warga bisa mendapatkan keuntungan komersial. Istilahnya Bank Sampah ini dari warga untuk warga.
Pelan tapi pasti, secara sadar warga di kampung saya sudah mulai menjalani tobat ekologis untuk peduli terhadap kelestarian lingkungan sustainable. Semoga ini tidak berhenti dan terus berkelanjutan.
Ya, tobat ekologis, dengan artian yang sebenarnya merupakan kesadaran diri bahwa ada kekeliruan dan kesalahan dalam apa yang dilakukan terkait peduli terhadap sesama makhluk hidup dan lingkungan demi kelestarian lingkungan yang sustainable.
Tentu saja tidak ada salahnya kalau kita bersama menerapkan tobat ekologis ini untuk bijak dan bajik dalam memperlakukan sampah kering, plastik, logam, dan kertas serta jenis sampah lainnya ini demi kesehatan bersama, demi keberlanjutan kehidupan antar sesama mahluk, lingkungan, dan untuk Indonesia lestari.Â
Kesadaran bersama soal tobat ekologis ini ada pada kita sendiri, oleh karenanya, mari kita semua tobat ekologis untuk Indonesia lestari.
Demikian kiranya artikel ini, semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H