Kedua, leader diangkat berdasar hubungan relasi, koneksi, atau orang dalam sehingga mengabaikan mutu dan kualitas serta eligibelitas.
Kalau sebab yang kedua ini kerap terjadi di lapangan, karena ada hubungan kedekatan dengan unsur pimpinan, karena ada orang dalam pada unsur pimpinan ataupun manajemen akhirnya diangkatlah leader tersebut tanpa pertimbangan syarat dalam suatu team work.Â
Padahal, leader yang diangkat seperti pada kasus di atas adalah lebih condong tanpa mempertimbangkan mutu dan kualitas, bobot bibit bebetnya belum tahu seperti apa, dan kedepan hasil kepemimpinanya bakal bisa ketebak, ya jadi enggak kompeten.
Ketiga, dalam pola pembinaan karier terkait arahan jabatan leader tidak tepat sesuai kompetensinya.
Dalam hal ini seperti begini misalnya, yaitu ketika talent kandidat leader yang semestinya role-nya andal di bidang marketing misalnya eh malah ditempatkan jadi manajer keuangan atau sebaliknya. Ditambah pula tidak dibina sesuai role penempatannya.
Jadilah mereka kalang kabut sendiri saat harus memimpin team work, jadilah mereka bingung harus apa dan bagaimanannya, mau menolak tapi sudah diputuskan jadi leader yang enggak sesuai kompetensinya.
Itulah diantaranya tiga penyebab kenapa banyak leader kekinian yang enggak kompeten dalam memimpin team work di suatu kantor.
Lantas apa solusi yang bisa disarankan?
Pertama, dalam perusahaan atau kantor dimiliki oleh user yang satu keluarga, agar hendaknya bila memang ingin menempatkan kandidat dalam posisi leader tetap profesional dengan mengutamakan pertimbangan mutu dan kualitas.
Kalaupun harus menerapkan "trah" ataupun "dinasti politik", ya kandidat yang kedepan akan ditempatkan menjadi leader haruslah dipersiapkan dengan matang dididik dan dibekali dengan baik dan benar.
Kedua, pihak manajemen harus lebih peka untuk mengawasi adanya praktik relasi, koneksi, atau orang dalam pada penempatan jabatan leader ini.