Apa iya, ketika gen z dan milenial kalau diberi feedback itu langsung kena mentalnya? Apa iya, gen z dan milenial memiliki mental yang serapuh itu?
Ya, kebanyakan kantor kerap men-judge bahwa para gen z dan milenial itu terlalu rapuh ketika menerima feedback yang diberikan kepada mereka.
Padahal belum tentu benar begitu, hal ini tergantung bagaimana terlebih dulu cara memberikan feedback-nya, efektif atau tidak.
Kadang kala juga yang terjadi adalah, cara memberi feedback-nya inilah yang jadi persoalan, karena kerap juga diterapkan secara intimidatif maupun destruktif.
Sehingga disinilah yang menjadi persolan juga, bahwa feedback bagi gen z dan milenial sering dianggap sebagai kritik yang membatasi bahkan meluluh lantakan ide, gagasan, ruang kreatifitas dan inovasi mereka.
Akhirnya apa, gen z dan milenial yang perlu secara edukatif untuk digembleng justru tidak mendapatkan wawasan yang memadai dalam mengarungi dinamika kerja.
Inilah juga yang menyebabkan perilaku yang men-judge bahwa, gen z dan milenial itu rapuh mentalnya dan gampang ngambekan, sedikit-sedikit kena mental dan sedikit-sedikit beralasan tentang kesehatan mental.
Sehingga dampaknya malah cukup signifikan, banyak gen z dan milenial yang berujung pada terlanda insecure, burn out, stres, hingga akhirnya ada yang resign dari kantor, bahkan jadi kutu loncat akibat kondusifitas suatu kantor yang dianggap mendampaki kesehatan mental mereka.
Oleh karenanya dalam memberi feedback kepada gen z dan milenial ini perlu strategically dengan melihat potensi kemoderenannya dalam dinamika perkembangan zaman.Â
Lantas, adakah cara efektif yang bisa diterapkan sebagai solusi dalam memberi feedback kepada gen z dan milenial ini?