Nah, bagaimana saya bisa menghadapinya, bagaimana cara saya betah menghadapi tipikal atasan yang enggak bersifat partisipatif bahkan atasan toxic seperti yang saya gambarkan situasinya tadi diawal?
Ya, ini hanya sharing saran dan pengalaman ya, siapa tahu bisa Anda terapkan dalam dinamika yang dihadapi ketika menghadapi situasi yang saya gambarkan tadi sebelumnya.
Kalau dari saya sih begini;
Pertama, tetap sampaikan saran dan masukan secara konstruktif disertai dengan fakta yang relevan.
Meskipun partisipasi dan aspirasi saya kebanyakan enggak digubris oleh atasan saya yang bertipikal enggak partisipatif dan toxic ini, saya tidak pernah mutung dan putus asa. Saya tetap memberi saran dan masukan secara konstruktif. Setidaknya saya tetap ungkapkan dan menyampaikan itikad baik saya terhadap tujuan organisasi.
Yang jelas saya tentu tidak boleh memaksakan kehendak ataupun pendapat saya untuk diterapkan, tetapi sebagai timbang saran demi kebaikan atasan dan tujuan organisasi. Mau didengar atau tidaknya, mau diterima atau tidaknya tetap berikan masukan yang terbaik.
Ingat, saran dan masukan itu bisa diterima bisa juga enggak, kalau enggak diterima ya kita jangan juga memaksakannya kehendak kita, Iya kan. Terpenting, kita sudah memberikan timbang saran demi kebaikan.
Kedua, cari timing yang tepat dalam menyampaikan timbang saran.
Nah, timing ini juga jadi "angel" yang amat penting dalam memberi saran dan masukan atas keputusannya maupun kebijakannya.Â
Jangan memberi saran, menyanggah atau mendebat atasan dikala atasan sedang sibuk misalnya, ketika suasana atasan sedang "mendung" misalnya, dan suasana yang tidak kondusif lainnya yang sedang meliputinya.
Cari momentum terbaik ketika kondisi atasan sedang tidak mendung. Saat atasan sedang ceria dan hepi. Sehingga dalam berpikirnya pun sedang baik-baik saja.