Ya, sampai di sini jelaslah terlihat bahwa telah terjadi situasi dan kondisi bahwa;Â
"Tidak dibukanya ruang diskusi dan aspirasi dengan bawahan berkaitan dengan arah strategis organisasi."
"Organisasi tidak mengganut budaya kerja partisipatif anggota organisasinya."
"Adanya situasi yang segera dan darurat, sehingga atasan harus dengan secepat mungkin mengambil keputusan."
Lantas juga sampai di sini, bawahan harus bagaimana?
Ya, situasi crowded di atas memang dilematis bagi bawahan, tetap manut tapi budaya kerja terbentuknya seperti itu, bahkan ada yang sangat crowded enggak sehat, mau memberi aspirasi tapi tetap tidak didengarkan. Sulit memang dan inilah yang menjadi tantangan.
Terus bagaimana dong menghadapi tantangan tersebut? Haruskah jalan keluarnya adalah resign atau kalau pun ingin bertahan hanya dipendam saja, ketika kenyataannya harus berhadapan dengan atasan yang tipikalnya enggak partisipatif bahkan atasan yang tipikalnya toxic begitu sehingga berdampak pada lingkungan kerja?
Sebaiknya sih, setidaknya, bawahan harus tetap ada upaya mengentaskannya, se-crowded apapun kondisinya, maka tidak ada salahnya bawahan tetap memberi saran dan masukan, sekaligus sebagai terobosan dalam menyehatkan budaya organisasi.
Seperti halnya saya misalnya yang sudah 20 tahun ini berdinas di lingkungan kerja saya dilingkup TNI AD. Dalam masa yang tidak pendek ini, saya pernah menghadapi berbagai tipikal atasan.
Ya, jujur saja, saya pernah menghadapi tipikal atasan mulai dari atasan yang mau mendengarkan aspirasi bawahannya atau atasan yang bersifat partisipatif dalam menerapkan kebijakan dan mengambil keputusan sampai tipikal atasan yang enggak bersifat partisipatif bahkan atasan toxic seperti yang saya gambarkan situasinya diawal.