Sinar surya perlahan mulai meredup, lembayung senja menjemput, pertanda malam akan melingkupi.
Aku masih menatap Cucu-cucuku yang sedang beradu polah di seisi ruangan rumahku, serakan berbagai mainan jadi lukisan riangnya mereka berjibaku dengan canda dan tawa.
Apalagi dulu waktu Kakek mereka masih hidup, pekik tawa mereka membuncahkan kebahagiaan. Senang melihatnya kalau mereka sedang bermain dengan Kakeknya, tapi kini sudah tak lagi kudapati pemandangan seperti itu, rindu juga rasanya.
Kadang sesekali aku harus menenangkan mereka ketika terjadi kerusuhan di antara mereka yang saling menimbulkan tangis sedu sedan.
Setiap hari begini, tapi aku tak sedikitpun lelah dan berkeluh kesah dengan tingkah polah mereka, tak pernah aku komplain sedikitpun kepada Anak-anakku yang menitipkan mereka di rumahku.
Untung sekarang Aku ditemani Niya, pengasuh yang di gaji oleh Anak-anakku. Sehingga aku merasa terbantu mengasuh Cucu-cucuku ini.
Dipembaringan di dalam kamarku yang kubiarkan pintunya terbuka lebar, ingatanku menerawang tentang hari ini.
Ya, hari ini ulang tahunku. Tapi seperti sebelum-sebelumnya tak ada tanda-tanda sedikitpun Anak-anakku ingat.
Apa iya, ulang tahunku sudah terlupakan oleh mereka Anak-anakku?Â
Dilan, Vina, Devi, lupakah kalian dengan ulang tahun Ibumu yang sudah renta ini?