Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Rekan Kerja Trouble Maker, Bagaimana Mengatasinya?

9 November 2023   12:19 Diperbarui: 13 November 2023   18:10 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar rekan kerja yang trouble maker | Dokumen Foto Via Freepik.com

Rekan kerja Anda ada yang bertipikal trouble maker?

Ya, ngomongin soal rekan kerja yang trouble maker ini saya jadi ingat apa yang dialami oleh staf bawahan saya yang sekaligus juga sebagai penyiar saat saya masih memimpin perusahaan radio.

Saat itu baginya adalah keputusan terakhirnya ketika dirinya mengingonfirmasikan dan melaporkan adanya perilaku trouble maker yang dilakukan rekan kerjanya.

Dirinya membawa sejumlah bukti berupa foto, rekaman video, dan mengajak beberapa rekan kerja yang lainnya yang senasib terdampak untuk sebagai saksi atas perilaku trouble maker yang dilakukan oknum rekan kerja yamg dilaporkannya tersebut.

Tentu sebagai atasan saya harus mengambil tindakan terukur atas perilaku oknum bawahan saya yang jadi terlapor tersebut, apalagi didukung dengan sejumlah bukti dan fakta.

Saya panggil oknum bawahan saya tersebut, saya nasehati, dan saya berikan surat peringatan pertama, serta menegaskan kalau diulangi lagi saya beri surat peringatan berikutnya atau bila sampai peringatan terakhir masih berbuat, maka saya tidak segan memecatnya.

Namun ternyata, dengan berjalannya waktu karena dia semakin enggak ada temannya di kantor alias enggak ada yang percaya sama dia lagi dan sudah ditandai oleh rekan kerjanya yang lain, eh akhirnya malah mengundurkan diri.

Nah, itulah sekilas dinamika kerja di kantor yang pernah terjadi di perusahaan radio saya terkait adanya tipikal rekan kerja yang trouble maker.

Ngomong-ngomong juga soal rekan kerja yang trouble maker ini, bagaimana sih gambarannya dan kalau memang ada di kantor, bagaimanakah mengatasinya?

Ilustrasi gambar rekan kerja yang trouble maker | Dokumen Foto Via Freepik.com
Ilustrasi gambar rekan kerja yang trouble maker | Dokumen Foto Via Freepik.com

Ya, tidak dimungkiri dalam lingkup dunia kerja terkadang memang ada saja rekan kerja yang bertipikal The Trouble Maker (si pembuat masalah). Bahkan karena perilakunya yang trouble maker tersebut bisa mendampaki kinerja teamwork dan kinerja karyawan lainnya, serta tentunya secara umumnya adalah kinerja perusahaan.

Karenanya juga tercetuslah julukan Trouble Is A friend (teman adalah masalah). Selalu saja ada masalah dalam lingkup kerja bila harus berhubungan dengannya, masalah tersebut tidak solid dalam tim kerja misalnya, semaunya sendiri dan mau enaknya saja dalam pekerjaan misalnya, dan perilaku membuat masalah lainnya.

Tentu saja perilaku yang dipraktikkan si trouble maker ini membuat jengkel siapa saja di kantor. Tipe Trouble Maker ini akan selalu menyusahkan dan membuat hal toxic, bahkan dengan segala cara dia akan berusaha bertahan mencari aman dan eksis di zona nyamannya sendiri, bahkan prinsip "makan tulang teman" pun bakal tega dilakukan.

Kelakuannya yang mau enaknya sendiri menjadikan duri yang membuat nyeri suasana kondusif dalam lingkup teamwork, sangat cerdik dan pintar dalam mengklamufasekan dirinya dari penilaian atasan ataupun dihadapan pimpinan.

Tapi justru yang unik terjadi adalah, si trouble maker ini dapat luput dari pandangam mata dan beruntung lepas dan lolos dari masalah yang dibuatnya, yang kerap terjadi malahan orang lain yang kena getah dan imbasnya.

Tak pelak hal ini semakin membuat "Jealous" yang terkena getah dan imbas atas perilaku trouble maker tersebut, yang akhirnya berdampak menjadi sangat antipatif bila berurusan dengannya, daripada kena getahnya gegara perilakunya lebih baik menghindar dan serta tidak berurusan dengannya.

Situasi yang terjadi tersebut tentu saja sangat diinginkan oleh si trouble maker, sehingga membuat si trouble maker semakin digjaya dan merasa menang di tempat kerja, serta semakin terus menjadi-jadi meneror dengan segenap ulahnya kepada targetnya.

Kalau yang terdampak semakin tidak tahan dengan ulah si trouble maker ini dan malahan resign dari perusahaan, inilah yang bakal membuat girang si trouble maker, karena telah menang dan menjadi bangga sekali si trouble maker menjadi The Champion.

Memang biasanya si trouble maker ini cukup sulit terdeteksi oleh unsur atasan, skill mumpuni yang dimilikinya layaknya "patih sengkuni" dalam mencari muka pada atasan dan triknya untuk meloloskan diri dari masalah yang sengaja dibuatnya sangat briliyan.

Lalu, setelah tahu sedikit banyaknya gambaran si trouble maker ini, bagaimana solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasinya?

Nah, berkaitan dengan hal ini, berdasarkan pengalaman yang saya uraikan sebelumnya diawal, berikut langkah yang bisa diterapkan.

Namun tentunya saya sedikit memberi catatan, dalam hal ini saya sangat menegaskan bahwa syarat utama si trouble maker yang sudah memenuhi sesuai kriteria yang dijabarkan dalam tulisan ini dalam lingkup kerja adalah sudah sampai taraf yang sangat mengganggu keutuhan teamwork.

Sehingga karenanya memang amatlah perlu diatasi, dan perusahaan dalam hal ini unsur atasan perlu tahu mengenai apa yang menjadi perilaku si trouble maker yang sebenarnya.

Langkahnya adalah;

Pertama, perhatikan sudah berapa kali misalnya, Anda bermasalah dengan si trouble maker ini, lalu perhatikan juga rekan kerja sejawat anda di kantor yang pernah bermasalah dengannya, tentunya mereka semua memiliki kesan dan perasaan yang sama dengan Anda akibat dari ulah si trouble maker.

Nah, perlu dicamkan! Si trouble maker ini pastinya sangat sedikit sekali orang yang mau berteman dengannya, bahkan bisa jadi hampir tidak memiliki teman di kantor akibat efek dari ulahnya yang menyusahkan dan toxic tersebut.

Oleh karena itu buatlah semacam pertemuan dan diskusi bersama rekan kerja yang lain yang juga senasib sepenanggungan terdampak ulah si trouble maker, untuk berkomitmen bersama dan membuat kesepakatan, bahwa tindakan si trouble maker sudah tidak dapat ditolerir karena sudah merusak keutuhan teamwork.

Kesepakatan ini tentu bukan karena didasari kongkalikong, tapi bertujuan demi keutuhan teamwork dan secara umum kondisi kondusif suasana kerja dalam perusahaan dan kepentingan yang lebih utama yaitu demi eksistensinya kantor.

Kedua, Setelah membuat kesepakatan bersama, maka tibalah waktunya untuk memberi pelajaran si trouble maker, dengan cara membuat catatan bukti saat dia mulai beraksi dengan segala ulahnya, maka rekamlah secara kompak seluruh momen gerak-geriknya mulai ucapan hingga tingkah lakunya yang dinilai merusak teamwork.

Setelah bukti dirasa cukup maka segeralah menindak lanjutinya dengan menginformasikannya kepada unsur atasan, tentunya bila berdasarkan bukti, fakta, dan kesaksian banyak anggota staf yang lainnya, maka unsur atasan pasti akan menilai dan mempertimbangkannya.

Bahwa memang benar fakta adanya karyawan yang berperilaku trouble maker di kantor. Biasanya atasan akan memanggilnya tersendiri dan akan memberikan teguran dan peringatan padanya.

Nah, tentu saja dalam kondisi ini si trouble maker sudah menyadari bahwa dirinya telah dipecundangi, jadi terlapor atas tindakkannya, serta hal ini adalah semacam pernyataan perang kepadanya.

Biasanya setelah ini si trouble maker akan semakin hati-hati menjaga sikap dan tindak tanduknya, sambil mencari kesempatan untuk kembali mencari masalah. Terpenting dalam hal ini Anda tidak perlu panik menghadapi dia, tetap kuatkan tekad dan konsisten untuk langkah selanjutnya.

Ketiga, sebagai langkah berikutnya yang dapat diterapkan bersama teamwork adalah mendiamkannya. Jangan beri kesempatan untuk bertegur sapa dengannya.

Langkah ini dimaksudkan untuk menegaskan dan memberikan psywar kepadanya bahwa dia sudah sangat mengganggu teamwork dan untuk mementalkan perbuatannya dan membalikkan rasa semakin bersalah kepadanya.

Pada umumnya setelah ketiga langkah ini konsisten dilakukan maka si trouble maker akan merasa semakin risih dan enggak nyaman, karena semakin tersudut enggak punya teman di kantor.

Sehingga perlahan dia mulai melakukan pendekatan-pendekatan humanis seperti meminta maaf atau memohon belas kasih untuk bisa diterima kembali dalam lingkup kerja.

Meskipun demikian Anda jangan luluh karenanya, permohonan maafnya boleh saja dimaklumi ataupun ditolerir namun yang perlu diingat adalah, bahwa sifatnya itu adalah wataknya yang dibawanya sejak lahir.

Kelakuannya pasti akan diulangnya dan kecerdikannya dalam mengambil hati sudah sangat mumpuni, jadi jangan terpengaruh. Tetapkan komitmen dengan semua yang sudah disepakati bersama dengan yang lainnya.

Namun tentunya kembali lagi dalam hal ini sesuaikan lagi dengan komitmen kesepakatan awal yang dibuat bersama, tegaskan terus bahwa dirinya yang berperilaku trouble maker tersebut sudah tidak dapat lagi diterima dalam teamwork. 

Yang jelas, kalau kondisinya sudah begini lama kelamaan tinggal seleksi alam saja yang menentukan, dan pada akhirnya si trouble maker akan semakin sulit bertahan dan bila ada yang tahu diri dan sadar diri, maka dia akan resign dari kantor, kalau pun ada tipe yang keras hati bertahan dengan kondisi tersebut biasanya juga enggak akan berlangsung lama.

Ini karena unsur atasan pasti tidak akan tinggal diam, dan tak mau berlarut-larut dengan melihat kondisi yang ada bila semakin parah, maka tidak ada gunanya lagi karyawan trouble maker itu dipertahankan.

Sehingga mau tak mau si trouble maker harus di keluarkan dari kantor daripada semakin merusak teamwork, dan lagipula juga memang sudah tidak lagi bisa diterima oleh teamwork untuk apa dipertahankan.

Jadi, berlatar dari apa yang sudah saya jabarkan ini, dalam lingkup pekerjaan itu yang utama adalah bagaimana bekerja dalam tim, maka bila bicara teamwork, bila ada rekan yang bertipe trouble maker tentunya dapat menganggu keutuhan teamwork. Kalau ada jangan ragu untuk dilaporkan tapi harus didukung dengan fakta dan sejumlah bukti.

Oleh karena itu, semoga kita selalu dijauhkan dari sifat trouble maker dan terpenting juga adalah tidak jadi si pelaku trouble maker serta selalu solid dalam bekerja secara tim.

Inilah kiranya sedikit pengalaman yang bisa saya bagikan terkait bagaimana mengatasi rekan kerja yang bertipikal trouble maker, semoga dapat menjadi manfaat bagi bersama. Terima Kasih.

Artikel 176 tahun 2023.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun