Leader dalam team work itu punya dampak yang besar bagi well-being bawahannya. Semakin senior seorang leader maka kepemimpinannya akan semakin berpengaruh terhadap team work.Â
Betah enggak betahnya bawahan dalam team work atau dalam suatu kantor ada pengaruh tipikal dan gaya memimpin seorang leader dalam team work.
Kesehatan mental dan kadar stres para bawahan sangatlah dipengaruhi terkait bagaimana seorang leader dalam menerapkan kepemimpinannya.
Kalau leader-nya enggak kompeten, toxic, suka bikin stres bawahan, maka inilah pengaruh yang sangat mendampaki kesehatan mental para bawahan.
Enggak heran kalau sering kejadian, karyawan (bawahan) resign bukan karena perusahaan atau kantor tapi karena leader-nya yang bikin stres dan enggak nyaman dalam menerapkan kepemimpinannya.
Terkadang enggak disadari kelakuan leader yang menurutnya wajar dilakukannya terhadap bawahan justru membuat stres bawahan.
Sayangnya juga, enggak semua leader sadar atas dampak negatif atas kelakuannya yang bikin stres itu, dibenaknya mungkin itu wajar dan baik menurutnya tetapi akibat yang dihasilkan justru sebaliknya.
Ya, inilah sejatinya yang patut jadi instrospeksi bersama bagi penjabat unsur leader. Agar kiranya jangan bikin stres bawahan dan jangan bikin kesehatan mental bawahan sakit.
Ada beberapa kasus yang sering ditemui terkait perilaku leader yang tanpa disadari bikin stres para bawahannya, diantaranya yaitu;
1. Perilaku pesimisme yang berlebihan.
Ya, pesimisme, suatu sikap ketika leader memiliki pandangan negatif terhadap situasi atau kondisi tertentu dalam dinamika kerja, yang menimbulkan rasa mudah menyerah, tidak percaya diri, dan sudah menyerah sebelum mencoba.
Jelas ketika leader kerap pesimis dalam dinamika kerja ini, ya bakal mendampaki anggotanya dong, iya kan. Gimana bawahan mau semangat kalau leader-nya justru pesimis.Â
Kalau gini caranya ya bawahan jadi ikutan stres. Pastinya juga akan berdampak pada bawahan dan bahkan kinerja tim secara keseluruhan.
Jadi, hindari sikap pesimisme ini ketika bersitegang dengan dinamika kerja. Meski dalam situasi sulit sekalipun, leader harus mampu menebarkan optimisme.Â
Leader harus mampu membawa suasana ketenangan dalam team work. Sehingga bisa lebih fokus saling menemukan problem solving dalam team work.
2. Perilaku kecemasan dan kepanikan yang begitu nampak.
Leader saja panik dan cemas ketika berhadapan dengan dinamika situasi dan kondisi terus bagaimana bawahannya. Ya pasti ikutan stres lah.
Memang sih, leader pun kerap diuji oleh tantangan dan kendala, sehingga tidak dimungkiri juga kerap dilanda kecemasan dan kepanikan. Tapi tidak juga harus ditunjukan secara terang-terangan kepada bawahan.
Jadi, hindari menampakan kecemasan dan kepanikan ini dihadapan para bawahan. Leader harus mampu menenangkan bawahan meskipun sedang dalam situasi sulit sekalipun leader harus mampu bikin tenang team work.
3. Perilaku inkonsisten dan unpredictable.
Dinamika kerja itu sudah dinamis, kadang bawahan pun sudah terdampak akibat dinamika kerja yang kerap unpredictable tersebut.
Eh ternyata leader-nya juga unpredictable bahkan inkonsisten. Kerap mengubah keputusan atau membuat kebijakan didetik-detik akhir tanpa kejelasan dan penjelasan. Arahan kerap berubah dalam last minute bahkan lagi deadline sering mendadak.
Jadi, hilangkan perilaku tersebut. Jangan membuat bawahan jadi ketambahan beban dan malahnya stres. Leader jangan inkonsisten terhadap apa yang diputuskan, jangan saat didetik-detik akhir atau last minute yang harusnya sudah timmingnya dijalankan eh malah berubah arah.
4. Perilaku emosi yang enggak stabil.
Maksudnya disini adalah, leader yang kerap emosinya berubah begitu cepat. Sebentar-sebentar berubah marah, sebentar-sebentar berubah pasif, sebentar-sebentar agresif, sebentar tenang eh habis itu berubah lagi.
Yang begini ini ya jelas bikin bawahan bingung, apa sih maunya bos ini, begini marah, begitu salah, selalu enggak ada benarnya. Ujungnya bawahan jadi stres.
Jadi, agar dapatnya soal emosional ini, maka leader harus bisa menatanya dengan bijak. Leader harus mampu menunjukan kualitas emosi yang stabil kepada para bawahan.
5. Perilaku enggak perduli perasan bawahan.
Ya, leader kerap fokus memberi tekanan kepada bawahan dan menekankan kepada performa bawahan tapi enggak perduli dengan well-being bawahan.
Jadi dalam hal ini, adalah penting untuk leader membangun empati dan memoles habbit yang tenang dalam team work. Jangan jadi leader yang enggak berperasaan. Karena pasti akan ditinggal follower atau enggak akan dianggap oleh bawahan.
Bisa sih bawahan masih menuruti, tapi pastinya akan setengah hati atau enggak ikhlas. Dan pastinya kalau kerjaan itu dilakukan setengah hati dan enggak ikhlas, kinerja dan hasilnya pasti buruk.
Nah, inilah kiranya yang bisa penulis bagikan terkait hal yang kerap bikin stres bawahan. Sehingga leader agar dapatnya memahaminya dan lebih bijak dalam merawat kesehatan mental para bahwan yang dipimpinnya.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Artikel ke 169 tahun 2023.
NB. Suatu kehormatan bisa masuk Nominasi Kompasiana Award. Ajang Anugerah Award Penulis Kompasiana. Kami Mohon Doa Restu Vote Sigit Eka Pribadi untuk BEST IN SPECIFIC INTEREST di Kompasiana Award 2023! Klik di sini untuk vote:
https://kompasianival.kompasiana.com/voting
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H