Pernah saya mendelegaikan perintah kepada staf bawahan saya untuk ikut seleksi suatu Diklat pengembangan SDM di kantor eh dianya malah menolak dengan alasan berikut:
"Saya bisa apa pak dibandingkan dengan mereka yang pandai-pandai itu, mereka lebih pintar dari saya, lha saya jauh di bawah mereka kemampuannya, ya saya pasti kalah saing lah, pak" (bawahan saya).
"Loh jangan pesimis dulu, belum juga dicoba kok sudah nyerah, kalau kamu meragukan kemampuanmu sendiri begini ya otomatis orang akan menilai kamu begitu terus, kalau kamu semakin bersikap begitu ya nanti kamu bakal jadi enggak berguna beneran loh. Padahal kamu saya nilai punya potensi berkembang, makanya saya rekom kamu untuk ikut seleksi Diklat". (Saya).
"Tapi pak, kok rasanya saya enggak percaya diri ya pak". (Bawahan saya).
"Sudahlah, dicoba aja dulu, saya bakal bantu kamu jadi mentor secara optimal untuk membimbing kamu". (Saya).
"Siap pak, dilaksanakan". (Bawahan saya).
Ya, pernahkah kamu merasakan kondisi psikologis seperti bawahan saya ini, kalau iya maka inilah yang namanya inferority comflex.
Jujur saja saya juga enggak lepas dari kena sindrom psikologis inferiority complex ini, tapi tentu saja saya enggak membiarkannya dong, saya punya solusi untuk mengatasinya.
Oleh karena saya juga pernah mengalaminya, jadi ketika staf bawahan saya kena kondisi psikologis inferiority complex ini, maka saya bantu dia untuk bangkit dan mengatasinya.
Ya, inferiority complex, atau kompleks inferioritas merupakan suatu kondisi dimana individu menganggap bahwa dirinya adalah lebih rendah bahkan merasa terhina dina dari orang-orang lain di sekitarnya.
Memang, kondisi ini mirip rasa kepercayaan diri yang rendah karena merasa down bahwa orang-orang disekitarnya lebih baik dibandingkan dengan dirinya.
Hanya saja, yang membedakannya adalah pada kondisi psikologis inferiority complex, seseorang telah menanamkan mindset-nya secara permanen pada diri bahwa memang dirinya lebih inferior, atau lebih rendah dari orang lain.
Kondisi inferiority complex ini kalau dibiarkan terus bakal akan merembet pada realita kemampuan personal seseorang sehingga orang dengan inferiority complex ini malah kedepannya bisa beneran jadi worthless, atau jadi enggak berguna beneran.
Dampak simultannya lagi adalah timbulnya kondisi demotivasi, burn out, bore out, insecure, bahkan hingga terganggunya kesehatan mental ataupun kejiwaan.
Nah, kalau anda sedang mengalami kondisi yang saya uraikan ini, maka jangan dibiarkan, mari bangkit, jangan akomodir kondisi inferiorty complex ini dalam diri.
Daripada nanti malah jadi bener-bener enggak berguna, lebih baik optimis tentang bakat, potensi, maupun kemampuan diri.
Percayalah kita terlahir punya bakat dan potensi masing-masing, dan semua itu bisa dikembangkan sesuai dengan kemampuan kita.
Nah, sebagai saran untuk mencegah atau menghilangkan kondisi psikologis inferiority complex yang hanya bikin kamu malah jadi enggak berguna beneran ini, maka beberapa hal ini bisa diterapkan.
1. Menerapkan Self reminder.
Ya, self reminder, bagaimana kita ajeg mengingat dalam rangka instropeksi diri, dengan cara memotivasi diri sendiri terkait eksistensi diri.
Perenungan dan mengevaluasi sikap diri, perilaku, prinsip, dan pandangan, sehingga diri selalu punya motivasi untuk mengubah diri menjadi lebih baik.
Self reminder juga bagian dari wawas diri dalam menjalani permasalahan hidup yang ada, dalam rangka semakin rasional dalam melakoni kehidupan keseharian.
2 Menerapkan Self improvement.
Ya, self improvement yaitu bagaimana kita meningkatkan kesadaran mengenai diri, bakat, kemampuan, keterampilan, bahkan kesehatan untuk kualitas kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Bahwa kita mampu untuk berdaya guna maupun bersaing baik itu dalam pekerjaan, kompetisi, seleksi, dan hal keseharian lainnya.Â
Untuk selengkapnya tentang self improvement ini bisa klik pada artikel saya tentang inilah yang membuat self improvement itu penting.
3. Menerapkan Self love.
Ya, self love yang dimaksudkan disini adalah bagaimana kita mencintai diri sendiri untuk berpikir baik pada diri sendiri dengan tidak menghakimi diri secara negatif dan untuk selalu percaya pada kemampuan diri.
Dengan beginipun kita jadi lebih bisa menghargai diri sendiri, menghargai bakat dan kemampuan kita masing-masing.
-----
Nah, itulah tiga saran yang bisa saya sampaikan melalui artikel ini. Mudahan saja bisa menjadi referensi yang bermanfaat bagi kita semua.
Jadi, kalau kamu misalnya, sedang mengalami kondisi seperti yang dialami oleh staf bawahan saya tadi, maka jangan diakomodir terus, enggak ada gunanya begitu, justru nanti lama kelamaan akan jadi enggak berguna beneran karena semakin terdampak demotivasi berat.
Oleh karenanya jangan pernah terjebak dalam inferiority complex yang hanya akan bikin kondisi diri semakin worthless beneran, lebih baik hadapi realita tantangan dengan menerapkan self reminder, self improvement, dan self love, niscaya diri akan berharga dalam melakoni kehidupan keseharian.
Demikian kiranya artikel ini, semoga bermanfaat.
Artikel ke 107 tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H