Ya, ini karena tetangga kitalah yang paling cepat tanggap datang kalau kita ada perlu dan ada apa-apa, seperti misal ketika kita sedang sakit misalnya, kita sedang kena musibah misalnya, atau kita sedang bikin hajatan misalnya, maka jelaslah dalam hal ini tetangga kita lah saudara paling dekat kita yang paling cepat datang dalam menolong ataupun membantu kita.
Mungkin kita bisa beralasan kalau kita ada apa-apa dan keperluan kita bisa mengandalkan saudara kita ataupun teman kita, tapi bisakah mereka segera datang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Tentu saja tidak, tetaplah tetangga kita juga lah yang paling cepat untuk datang menolong kita kalau kita ada apa-apa dan ada keperluan.
Dalam hal inipun maka bisa dibayangkan juga apa jadinya kalau hubungan kita dengan tetangga kita tidak harmonis atau ada masalah, maka kita mau minta tolong jadi segan.
Sudah kita jarang banget silaturahmi dalam berhubungan dengan tetangga, saat lebaran juga silaturahminya juga kelupaan eh giliran ada apa-apa dan ada keperluan mau minta tolong kepada tetangga.
Bagaimana tetangga mau menolong kalau kitanya sendiri ternyata memberi kesan tidak bagus dalam hubungan silaturahmi ini dengan tetangga, jelaslah tetangga kita jadi mikir-mikir kalau mau membantu atau menolong kita.
Oleh karenanya, dengan tradisi silaturahmi lebaran inilah semestinya menjadi momentum yang tepat untuk semakin mengeratkan hubungan kita dengan tetangga.Â
Saat lebaran lah sejatinya menjadi momentum yang paling tepat untuk saling rekonsiliasi dengan tetangga kita, untuk saling ikhlas memaafkan, seperti pernah konflik misalnya, pernah ada ketersingungan misalnya, dan sebagainya.
Dengan sendirinya kita pun telah berdamai atas apa yang terjadi selama kita saling bertetangga karena kita saling silaturahmi lebaran ini.
Tidak perlu kita mempersoalkan siapa yang harusnya minta maaf duluan atau silaturahmi duluan, meskipun memang tetangga kita yang salah atau menyakiti kita misalnya, enggak usahlah hal begitu dipersoalkan.