Seperti contoh penulis misalnya, penghasilan penulis untuk gaji dan tunjangan adalah 8 juta rupiah, kemudian THR 6,5 juta rupiah.
Nah, setelah berunding dengan istri, disepakati bahwa rencana budget kebutuhan untuk ramadan 6 juta, sementara kebutuhan untuk lebaran sekitar 4 juta.Â
Budget 6 juta selama ramadan diantaranya untuk beli kebutuhan hidup sehari-hari, seperti untuk buka puasa, sahur, BBM, listrik, air, pulsa hp, dan kebutuhan bulanan seperti biasanya.
Budget 4 juta selama lebaran diantaranya untuk zakat, sedekah, angpao lebaran, beli kue lebaran, dan beli baju lebaran.
Nah, sisa budget yang 4,5 juta rupiah adalah anggaran cadangan untuk memenuhi kebutuhan pasca lebaran atau boleh dibilang dana darurat.
Inilah budgeting ala saya dan istri, tentunya soal budgeting ini, tergantung kemampuan penghasilan masing-masing, intinya budget ramadan, lebaran, dan pasca lebaran harus ada diperhitungkan, sehingga pasca lebaran enggak kelimpungan karena nombok.
2. Skala prioritas finansial ramadan dan lebaran sesuai budget yang telah ditentukan.
Maksudnya disini adalah, saat ramadan beli yang seperlunya saja, kalau kira-kira bukan termasuk skala prioritas, sebaiknya jangan dibeli, begitu juga halnya saat lebaran.
Atau dalam artian, jangan sampai apa-apa yang dibeli melebihi budget yang telah direncanakan sebelumnya, kalau bisa diupayakan malah sisa lebih bagus.
3. Budget mudik lebaran harus diluar budget ramadan, lebaran, dan pasca lebaran.
Biar bagaimanapun juga, mudik lebaran itu butuh dana, jadi anggaran mudik lebaran pun perlu dipertimbangkan dengan matang.