Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

4 Hal Ini Akan Menghambat Karier Kalau Kamu Enggan Mengatasinya

21 Maret 2023   11:27 Diperbarui: 22 Maret 2023   16:05 662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah memberi challenge kepada staf bawahan saya untuk mengerjakan sesuatu hal yang baru di luar jobdesc-nya. Tapi apakah yang jadi respon dari bawahan saya tersebut?

Ya, ternyata bawahan saya tersebut sudah menyatakan menyerah kalah duluan sebelum "bertempur", padahal belum juga dilakoninya apa yang saya delegasikan tersebut tapi sudah menyatakan dirinya tidak mampu dengan sejumlah alasan.

Tentu saja saya tidak berkenan dengan respon bawahan saya tersebut, sehingga saya tetap bersikeras untuk mendapuknya mengerjakan challenge yang saya berikan padanya, sekaligus hal ini sebagai eduaksi bagi kemampuan dirinya kedepan.

Sehingga dalam hal ini saya beri semangat dan meyakinkan dirinya untuk mengerjakannya dulu, bahkan sampai saya yakinkan dirinya bahwa saya akan mendampinginya mengerjakan challenge yang saya berikan tersebut.

Eh ternyata bawahan saya tersebut mampu mengerjakannya, meski masih ada beberapa hal yang harus dievaluasi, tapi buktinya kalau memang ada kemauan dan niat serta saya dampingi, ternyata dirinya bisa mengerjakannya.

Tentu saja hal ini akan sangat bermanfaat bagi dirinya kedepan, sebab dari apa yang telah dilakoninya tersebut malah menambah daya saingnya, daya dobraknya, mutu kualitasnya, dan yang terpenting adalah kemampuan dan wawasannya bertambah, begitu pula dengan pengalamannya serta jam terbangnya.

Usut punya usut ternyata apa yang terjadi pada salah satu staf bawahan saya ini kerap pula terjadi pada karyawan lainnya termasuk pada bagian kerja yang lainnya, belum juga suatu challenge dimulai untuk dikerjakan tapi kebanyakan dari mereka sudah menyatakan tidak mampu dengan sejumlah alasan pembenar.

Nah, berangkat dari apa yang berlaku pada staf bawahan saya ini dan juga beberapa lainnya, ternyata saya menemukan empat hal yang sering dijadikan alasan pembenar di antaranya; 

Ilustrasi gambar karyawan kantor : Sumber foto via Freepik.com
Ilustrasi gambar karyawan kantor : Sumber foto via Freepik.com

1. Saya tidak punya kemampuan.

Ya, inilah alasan pertama yang kerap dinyatakan oleh para karyawan ketika diberi challenge, sudah menyatakan diri tidak mampu, padahal belum juga dilakukan tapi sudah meragukan kemampuan diri sendiri.

2. Saya pasti gagal.

Alasan kedua yang sering dilontarkan adalah menyatakan diri pasti gagal mengerjakan challenge yang diberikan, sudah pesimistis duluan dan menyatakan kalah duluan padahal belum dikerjakan. 

3. Saya tidak percaya diri.

Alasan ketiga adalah mereka tidak percaya diri menjalani challenge tersebut, beralasan takut gagal, takut salah, takut dimarahi kalau gagal dan salah, takut ini lah, takut itu lah. 

Padahal apa yang jadi tidak kepercayaan dirinya tersebut termasuk apa yang ditakutkannya tersebut, challenge-nya belum dijalani, tapi sudah kena mental duluan.

4. Saya tidak tahu caranya.

Alasan keempat inilah yang paling sering dijadikan alasan pembenar demi menolak challenge yang diberikan, saya tidak tahu caranya, padahal untuk tahu caranya ini seseorang pasti punya cara berpikir untuk tahu solusinya.

Tentunya bisa bertanya pada sesama rekan kerja atau bahkan bertanya langsung pada atasan, bahkan pula bisa minta tolong bimbingan pada atasan atau minta pertimbangan untuk dimentoring dalam mengerjakan challenge tersebut.

-----

Ya, di luar empat alasan di atas memang ada beberapa alasan saya ini dan itu lainnya, tapi dari pengalaman saya, maka empat hal yang saya jabarkan inilah yang sering jadi alasan pembenar karyawan kalau diberi challenge yang baru dan tidak berkaitan dengan jobdesc-nya.

Yang jelas, kalau keempat hal yang kerap menjadi alasan di atas selalu menjadi prinsip dasar bagi karyawan dalam rangka menolak challenge, maka yang rugi adalah karyawan sendiri.

Sebab, akan semakin dapat menegaskan dan mengukur sampai di mana daya juang karyawan, sampai dimana ketangguhan mental, dan sampai dimana loyalitasnya yang tentunya secara keseluruhan akan berdampak pada bagaimana nantinya nilai mutu dan kualitas karyawan.

Jadi, kalau kamu diberikan tantangan oleh atasanmu ataupun kantormu bagaimanakah reaksimu? Apakah kamu akan menolak dengan sejumlah alasan pembenar seperti yang sudah saya jabarkan di atas, atau berjuang dulu dengan gigih dalam menghadapi dan mengatasi tantangan yang diberikan tersebut? 

Tentukan sendiri apa yang menjadi pilihanmu, yang jelas kalau kamu lebih memilih enggan mengatasi apa yang menjadi alasan pembenar dalam menghadapi challenge yang diberikan, maka akan terlihatlah secara nyata sampai dimana nilai mutu dan kualitasmu.

"Orang yang gagal akan mencari alasan pembenar ketika diberi challenge, sementara orang yang sukses akan bersahabat dengan solusi dalam menghadapi challenge". Quote by Sigit.

Demikian Artikel ini, semoga bermanfaat.

Artikel ke-63, tahun 2023.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun