Apalagi ketika sikap dan praktik memantas-mantaskan diri dan "merasa paling" ini diumbar di Medsos dapat banyak like, wah jadi semakin jumawa setinggi langit. Jalan dimanapun kepala tengadah melulu deh jadinya sehingga jadi semakin lupa diri.
Sering juga praktik sikap dan perilaku memantas-mantaskan diri dan merasa paling ini disalah artikan sebagai personal branding.
Iya sih, personal branding itu memang berkaitan dengan impresi atau kesan yang erat kaitannya juga dengan keahlian, perilaku, maupun prestasi yang dibangun baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dengan tujuan menampilkan citra diri yang positif ke orang banyak.
Dengan kata lain, personal branding bisa membuat seseorang mengingat kita dengan mudah dengan citra yang positif yang kita bangun.
Namun bukan berarti bisa dipadankan dengan flexing, personal branding tidak bisa disama artikan dengan sikap perilaku praktik memantas-mantaskan diri dan merasa paling.
Personal branding lebih kepada membentuk citra positif tentang krediblitas, reputasi, pamor, dan karakter diri dengan mengedepankan integritas.
Ya, disadari ataupun tidak disadari sindrom memantas-mantaskan diri dan merasa paling di antara sesama karyawan ini memang sering umum terjadi di suatu kantor.
Bahkan arogansi dan sesumbar, bahwa tanpa ada eksistensi dirinya yang paling penting di kantor, maka kantor bisa jomplang ataupun kantor bisa tumbang pun terjadi.
Padahal sejatinya, apa yang disesumbarkan tersebut belum tentu sesuai dengan kenyataan, belum tentu sesuai dengan ukuran mutu dan kualitas kinerja diri di kantor, bahkan secara realitanya justru jauh dari kenyataan yang sebenarnya.