Saya menyampaikan kepada dia, mas tolong tanyakan ke sekretaris apakah kepala bagiannya sedang ditempat atau tidak, kalau ditempat saya mau ketemu, kalau tidak ditempat tolong koordinasikan kapan kira-kira di tempat.
Jelas saja ketika koordinasi dan komunikasi yang salah tersebut sampai kepada atasan si sekretaris, tentu saja atasan si sekretaris tersebut komplain kepada saya.
Pak Sigit, kita ini segaris dan posisi jabatan kita selevel loh, masa Pak Sigit kok memerintahkan saya untuk menghadap Pak Sigit, kata rekan kerja saya tersebut via telepon.
Wah, maaf mas Roni, ini salah paham ini mas, bukan begitu mas, jawab saya.
Saya pun menjelaskan secara detil seperti apa sebenarnya delegasi perintah saya kepada bawahannya, akhirnya rekan kerja saya tersebut maklum.
Inilah kiranya yang penting, agar atasan maupun bawahan dalam suatu bagian memahami posisi masing-masing secara personal, baik itu secara internal pada bagian sendiri maupun eksternal pada bagian lainnya.
3. Tanyakan kalau belum jelas dan pastikan pesan atau informasi yang akan disampaikan.
Ya, sering terjadinya miskoordinasi yang juga menyebabkan miskomunikasi adalah ketika penerima pesan merasa belum jelas terkait apa yang akan disampaikan tapi enggan bertanya, akhirnya tersesat dalam komunikasi dan koordinasi.
Oleh karenanya, agar tidak terjadi miskoordinasi dan miskomunikasi, kalau pesan atau delegasi perintah masih dirasa kurang jelas, haruslah ditanyakan ataupun dikonfirmasi ulang untuk memastikan apa pesan atau delegasi perintah tersebut.
Nah, inilah kira-kiranya saran sederhana dari penulis soal sering terjadinya miskoordinasi ini, mudahan bisa menambah referensi bagi bersama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!