Sedangkan kalau garis koordinasinya adalah garis putus-putus, maka memiliki arti bahwa antara satu pihak dengan pihak lainya hubungannya adalah sejajar.
Yang jelas, koordinasi ini sejatinya adalah inti dari manajemen dan merupakan bagian integral dari semua fungsi manajerial dalam suatu organisasi, kalau koordinasi yang diterapkan sering miss atau tidak beres, jelas akan mengganggu kinerja organisasi.
Oleh karenanya, koordinasi ini tidak bisa disepelekan, sebab koordinasi sangat krusial mempengaruhi hasil kerja masing-masing teamwork dalam suatu organisasi.
Nah, berkaitan dengan itu juga, guna menghindari terjadinya miskoordinasi, semoga apa yang penulis sarankan ini bisa menjadi referensi atau setidaknya menambah wawasan yang bermanfaat.
1. Saling memahami hubungan garis koordinasi di antara personal maupun secara organisasi.
Ya, hubungan garis koordinasi inilah yang sering banget disepelekan. Oleh karenanya penting bagi unsur atasan dalam suatu bagian di kantor haruslah memberikan penekanan kepada bawahannya tentang bagaimana berkoordinasi, baik itu kepada bagian yang selevel ataupun bagian yang diatasnya.
Kalau atasannya sering memberikan penekanan dalam setiap delegasi perintah untuk berkoordinasi, tentu bawahan akan terdoktrin bagaimana menerapkan tata krama koordinasi sesuai yang disampaikan atasannya.
2. Pahami posisi masing-masing secara personal, baik itu secara internal pada bagian sendiri maupun eksternal pada bagian lainnya.
Baik itu atasan maupun bawahan dalam suatu bagian, amatlah penting untuk memahami jabatan dan jobdesc di masing-masing bagian, apalagi ketika berhubungan dengan bagian lain dalam organisasi.
Jangan sampai terjadi kasus seperti yang dilakukan bawahan penulis ini misalnya, dia menyampaikan pada salah satu personel di bagian lain bahwa ada perintah dari kepala bagiannya (saya) kepada kepala bagiannya untuk menghadap saya, padahal saya menyampaikan kepada bawahan saya bukan begitu.