Sebenarnya kalau mau ditelisik sih Jaim ini kalu normal-normal saja akan sangat bermanfaat, sebab didalamnya terkandung tentang nilai atau value diri, termasuk moralitas dan nilai- nilai kebajikan dalam rangka dengan sadar menjaga nilai- nilai yang dipahami sebagai sesuatu yang baik dan pantas dipertahankan sebagi prinsip.
Terlalu Jaim justru akan bermetamorfosa jadi anti alias menolak akan lingkungan dan kultur kantor, tidak mau atau tidak suka dengan keadaan, terlalu Jaim juga berarti menolak kebersamaan di kantor dan tentu saja orang-orang yang seperti ini akan jadi kendala bagi soliditas teamwork dan kinerja kantor secara umumnya.
Jadi, daripada nantinya berujung terkucilkan dan parahnya adalah tersingkir dari "peradaban" kantor, buat apa terlalu Jaim, ada kalanya kita perlu kebebasan untuk mengekspresikan diri dan perlu mengejawantahkan diri dalam komunikasi maupun perbuatan dengan rekan-rekan kerja di kantor sebagai sebuah komunitas global secara umum dan demi membina kebersamaan dalam teamwork.
Nah, inilah sekiranya yang bisa penulis sarankan soal per-Jaim-an ini, Jaim sih boleh tapi mbok ya jangan juga terlalu jaim bahkan pake banget juga kali.
Terus bagaimana? Mau terlalu Jaim ditambah spesial pake banget atau yang normal dan wajar saja, tinggal bagaimana anda sajalah.
Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.
Artikel ke-41, tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H