Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Ditraktir, Kenapa Saya Tidak Memesan Makanan yang Paling Mahal?

19 Februari 2023   10:50 Diperbarui: 19 Februari 2023   17:07 1397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar ditraktir oleh teman | Sumber Foto | Dokumentasi pribadi

Ditraktir oleh teman, rekan kerja maupun atasan kantor, saudara, keluarga atau siapapun saja, merupakan hal yang biasa dalam dinamika kehidupan keseharian.

Saya pun juga demikian, sering dapat rezeki traktiran ini, tahu-tahu tanpa disangka-sangka dapat telpon diajak makan bareng.

Pernah nih saya ditraktir oleh teman saya yang statusnya merupakan pejabat tinggi di instansi pemerintahan, saya diajak makan siang bareng di salah satu restoran ternama, pokoknya restoran tersebut berkelas lah, makanannya enak-enak, harganya dari yang standar atau masih terjangkau kantong hingga yang mahalan pun ada. Tinggal pilih saja sesuai selera.

Ilustrasi Gambar ditraktir oleh teman | Sumber Foto | Dokumentasi pribadi
Ilustrasi Gambar ditraktir oleh teman | Sumber Foto | Dokumentasi pribadi

Nah, singkat cerita soal ditraktir ini, saya berprinsip tidak akan pernah memesan makanan ataupun minuman yang mahal-mahal, meskipun teman saya itu menawarkan agar jangan sungkan-sungkan memesan makanan ataupun minuman, tapi saya tetap pesan yang standar saja. 

Kenapa saya mengambil tindakan seperti itu?

Padahal sebenarnya bisa saja saya pesan makanan atau minuman yang paling mahal, apalagi teman saya tersebut pejabat yang "duitnya banyak" alias boleh dibilang tajir. Mau pesan makanan atau minuman paling mahal pun tidak masalah.

Ya, beberapa hal di bawah inilah alasan saya;

Ilustrasi Gambar ditraktir oleh teman | Sumber Foto | Freepik.com
Ilustrasi Gambar ditraktir oleh teman | Sumber Foto | Freepik.com

1. Tahu diri dan tahu menempatkan diri untuk tidak memanfaatkan status kesusksesan orang lain.

Ya, saya tahu diri lah, masak mentang-mentang teman saya itu adalah pejabat tinggi saya langsung "aji mumpung" dengan memanfaatkan situasi, dengan menerapkan "kapan lagi bisa makan enak" jadinya saya pesan yang mahal-mahal, bahkan yang paling mahal.

Tentu tidaklah elok kalau saya seperti itu, meskipun teman saya sudah bilang terserah saya mau pesan apa, tapi saya tetap harus tahu diri dan bisa menempatkan diri, siapa saya dan bagaimananya saya, sehingga bagaimanapun juga, saya harus tetap ada etika dan ada empati dengan tahu diri dan menempatkan diri.

Begitu juga halnya kalau saya ditraktir oleh atasan kantor, rekan kantor, hingga saudara dan keluarga, maka rasa tahu diri dan tahu menempatakan diri ini tetap saya utamakan.

2. Menjunjung tinggi etika relasi.

Ya, menjunjung tinggi etika relasi, karena biar bagaimanapun juga di sini secara berjangka kedepan hubungan rekanan, pertalian persaudaraan maupun persahabatan itu akan kontinu. 

Sehingga kesan etis dan bijak dalam etika relasi ini lah yang mesti dikedepankan, etika relasi di sini adalah hampir sama juga dengan etika bisnis, yaitu untuk saling menghargai dan saling percaya antara satu sama Lain.

Termasuk juga nilai estetika dalam suatu hubungan, yang dalam artian di sini, bagaimana untuk memantaskan diri yang pastinya kaitannya dengan harga diri kita masing-masing.

3. Demi merawat hubungan.

Ya, menjalin hubungan pertemanan, persaudaraan, hingga saling menjalin hubungan rekanan itu memang mudah, tapi merawat hubungannya agar tetap langgeng itu tidaklah mudah.

Satu kali saja menimbulkan kesan tidak baik, bisa-bisa akan hilang kepercayaan untuk selamanya, mending menjaga citra diri dengan menjunjung tinggi, rasa tahu diri, tahu menempatkan diri, jalinan etika relasi daripada hubungan putus untuk selamanya gara-gara hal sepele. 

-----

Nah, inilah kiranya beberapa alasan saya, kenapa ketika saya ditraktir oleh teman, rekan kerja, atasan, saudara maupun keluarga, saya tidak akan pernah memesan makanan atau minuman yang mahal-mahal atau bahkan yang paling mahal.

Bagaimana dengan Anda?

Demikian kiranya artikel singkat ini.

Artikel ke-31, tahun 2023.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun