Pernahkan kamu mengalami kondisi ketika kamu yang sudah susah payah bekerja kemudian dari hasil jerih payahmu tersebut eh malahnya rekan kerjamu yang dapat apresiasi?
Kalau pernah, bagaimana reaksimu, enggak terima, protes, marah kepada temanmu, menjelaskannya pada atasanmu atau bagaiamana sih tindakan yang eloknya?
Ya, memang seringkali ada saja rekan kerja yang berperilaku seperti itu pandai memanfaatkan situasi dan momentum pas ada big bos ataupun atasan.
Ujug-ujug dia dateng setor muka, keliatan sok yang paling sibuk seolah-oleh dia yang paling banyak berperan dominan, padahal dia baru juga dateng.
Padahal sebenarnya kamulah yang sedari awal sudah berjibaku mengerjakan tugas yang sudah didelegasikan tersebut.
Tapi justru pas sudah finishing malah si dia rekanmu yang dapat pujian dan apresiasi pula dari atasanmu, padahal seharusnya kamulah semestinya yang layak dan pantas dapat apresiasi tersebut.
Memang sih, "sakitnya tuh di sini" rasanya kalau dikangkangi secara tidak fair begitu oleh rekan kerja, rasanya pingin marah-marah dan protes sejadi-jadinya.Â
Tapi yaitulah justru kalau direspon dengan emosi begini malahya si dia rekan kerjamu tersebut akan semakin merasa menang dan makin ngelunjak nyinyirin kamu.
Mau jelasin ke bos tapi sungkan juga kan. Ntar malah dikira kamunya yang ngarang-ngarang. Takutnya malah kamunya juga yang disangka cari muka. Berabe juga kan kalau begini jadinya.
Terus harus gimana dong?
Ya, memang itulah fakta dan realita dinamisnya dunia kerja, "teman makan teman" dan "teman jadi benalu dalam teamwork" bukan lagi rahasia, tapi sudah jadi kompetisi terbuka dan umum berlaku di antara sesama rekan kerja maupun secara teamwork.
Kalau kamu memang pernah mengalami apa seperti yang penulis uraikan tadi di atas, memang itulah ujian nyata dinamika dunia kerja.
Sakit hati memang sih, ketika kita yang bekerja jungkir balik berdarah-darah eh endingnya justru rekan kerja kita yang dipuji dan dapat apresiasi.
Namun demikian janganlah kamu menyerah, tetaplah bertindak matang dan dewasa, enggak usah kamu protes rekanmu itu, karena dia pasti enggak akan mau tahu itu. Lagian juga akan percuma. Percaya deh. Justru kalau diladenin bakal bikin mentalmu semakin down.
Enggak usah pula kamu jelasin ke bos atau atasanmu terkait hal tersbut. Sebab bos atau atasanmu pasti enggak akan semudah itu percaya, apalagi kalau fakta yang dilihatnya memang rekan kerjamu yang kelihatan banyak berperan, mekipun bukan seperti itu ceritanya.
Sebaiknya kamu tetap maju jalan, never give up, buatlah seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan biasa saja, bikin "bulsi" penimbulan situsasi bahwa apa yang dilakukan rekan kerjamu itu enggak ngefek sama kamu.
Dengan begini pula, mentalmu akan imun dan pikiranmu dan tindakanmu semakin matang dan dewasa, sehingga bisa membuat tindakanmu terukur dan bijak karena semakin ditempa dengam keadaan dan pengalaman.
Tenang saja, dalam hal ini ilmunya dan pengalamannya sudah kamu dapat, kamu yang pegang semua, sebab kamulah yang sedari awal mendalaminya dan berjerih payah mengerjakannya, berbeda dengan rekanmu yang hanya tahu kulit luarnya saja.
Percayalah, pasti akan ada "mata malaikat" yang akan membuka jalan rezekimu, pasti ada "invisible eye" yang akan menilai kinerjamu meskipun mereka bergerilya menilainya secara diam-diam.Â
Ya, berdasarkan pengalaman penulis soal apa yang penulis uraikan ini, pasti suatu saat kedepan dalam momentum tertentu akan terlihat dan terbukti. Siapa yang nanti sejatinya lebih teruji dan berisi.
Siapa yang lebih bermutu dan berkualitas, rekan kerjamu atau kamukah?
Siapa yang layak dan dapat apresiasi, rekan kerjamu atau kamukah?
Siapa yang ternyata secara fakta dan realitanya hanya cari muka dan cuman dompleng jadi benalu kerjaan orang maupun teamwork, rekan kerjamu atau kamukah?
Yakinlah, momentum ketika kamu yang layak dan pantas diapresiasi karena memang kinerjamu bagus dan kamu bermutu serta berkualitas pasti akan tiba masanya, rezeki itu kalau memang sudah rezekinya ada pada kamu, maka rezeki itu enggak akan tertukar.Â
Jadi, ketika kamu yang sudah susah payah berjibaku bekerja keras malah rekan kerjamu yang memetiknya kemudian hasil jerih payahmu harus bagiamana, tinggal dari kamu saja sih, mau sepakat dengan apa yang sudah penulis sarankan boleh, mau menyerah kalah atau mau mendamprat rekan kerjamu, ya terserah saja sih.
Yang jelas, dari apa yang penulis sarankan mudahan setidaknya bisa jadi referensi yang bermanfaat untuk bertindak bijak, matang dan dewasa.
Demikian artikel singkat ini.
Artikel ke-16, tahun 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H