Padahal kalau junior diperlakukan seperti itu, maka yang ada adalah junior jadi semakin down, enggak nyaman dan merasa berkecil hati hingga pada akhirnya enggak betah dan unjungnya resign.
Nah, inilah yang sebaiknya harus dihindari, probation itu jangan sampai lepas dari tujuan dan koridornya, probation itu harus diterapkan secara profesional.
Yang jelas, kalau probation yang berlaku disuatu kantor lepas dari tujuan dan koridornya, maka akan berdampak signifikan dan simultan bagi kinerja kantor.
Selain itu, dengan bergulirnya waktu, pihak manajemen kantor pasti akan mengetahui bila probation yang terlaksana lepas dari tujuan yang akan dicapai dan lepas dari koridor yang semestinya dan tentunya kedepan akan tahu siapa-siapa karyawan senior yang enggak profesional dalam membimbing juniornya tersebut.
Tentunya punishment pun akan diberlakukan bila pihak manajemen kantor dapat "menangkap" siapa saja karyawan senior yang bandel dan sok-sokan tersebut.
Nah, bukankah kalau begini jadi rugi sendiri kan?Â
Jadi, ya sebaiknya janganlah samakan masa probation bagi karyawan baru atau junior itu dengan ospek. Jauhkan sifat arogansi, kesombongan, maupun sikap mentang-mentang karena merasa senior.
Bertindak bijaklah mementoring para junior Anda, berkolaborasi dengan junior agar junior bisa semakin beradaptasi, produktif, dan bisa mengemban jobdesc.
Jangan jadikan mereka pesaing atau "pesakitan", tapi jadikan mereka keluarga dalam teamwork, biarkan mereka berkembang, belajar dengan gigih dalam menjalankan jobdesc.
Patut jadi catatan, apabila para junior gagal atau akhirnya enggak betah saat probation ini, maka kegagalan tersebut letak salahnya bukan lah pada para junior.
Namun kegagalan tersebut jelas terketak pada seniornya sebagai para pembimbingnya yang enggak becus dan enggak kompeten dalam memberikan training maupun coaching terutama memberikan contoh keteladanan bagi para juniornya.