1. Jangan memulai dan membiasakan berhutang uang kepada sesama rekan kerja.
Nah, inilah kondisi pelik keuangan yang dihadapi oleh bawahan saya tadi, ternyata dia banyak terlilit hutang kepada sesama rekan kerjanya.
Entah juga kenapa dia kok bisa sampai banyak terlilit hutang begitu, tapi kalau saya amat-amati juga sih, ternyata gaya hidupnya mengarah ke hedonis, sehingga antara penghasilan dan gaya hidup enggak disesuaikan kemampuan.
Inilah rupanya yang menyebabkan dirinya terlilit hutang ke hampir seluruh rekan kerjanya, belum lunas hutang kepada si A sudah pinjam lagi kepada B,C, dan D. Bahkan pinjam uang pun sering untuk tambal sulam sana sini. Pinjam A untuk lunasin hutang ke B, pinjam C untuk lunasin hutang ke A, muter begitu terus.
Sebenarnya logis sih soal hutang antar teman ini, asalkan benar-benar kepepet untuk keperluan mendesak, tapi jadi enggak logis kalau hutang hanya untuk mengakomodir gaya hidup mewah, ya enggak terimalah teman yang dihutangi.
Apalagi giliran ditagih untuk bayar hutang eh alasannya enggak ada uang melulu, bagaimana teman enggak jengkel kalau begitu, iya kan.
Yang jelas daripada nanti jadi masalah, soal hutang piutang diantara rekan kerja ini kalau bisa jangan dimulai atau dibiasakan. Kecuali kepepet banget ya boleh, tapi ya jangan ngemplang dan nyayat pinjam lagi dan pinjam lagi.
2. Jangan memulai dan membiasakan curhat permasalahan pribadi dan masalah keluarga ke banyak orang di kantor.
Curhat ke sesama teman, sebenarnya sih boleh, tapi bagaimana kalau curhat ini jadi kebiasaan, bahkan semua orang di kantor dicurhatin soal masalah pribadi dan keluarga, ya ini mah namanya pengumuman kan.
Kira-kira logis enggak kalau kayak begini, enggak kan. Ya, jelas enggak lah, masa semua orang jadi tahu segala privasi diri sendiri dan keluarga. Lagi pula memangnya sepenting apa kalau semua orang harus tahu begitu, enggak kan.Â