Ya, saya pernah mendapati staf bawahan saya yang sedang dalam keadaan gelisah, ruwet, dan kisruh sehingga membuat dirinya jadi serba salah sendiri.
Hal inipun memantik rasa perduli saya untuk menanyakan terkait kegeliasahan dan keruwetan apa sebenarnya yang sedang dihadapinya.
Mulanya dirinya tak mau berterus terang kepada saya, karena malu, namun setelah saya desak dengan sedemikian rupa untuk kebaikannya akhirnya bawahan saya tersebut mau terbuka dengan saya.
Ternyata bawahan saya tersebut sedang dalam keadaan pelik dan ruwet akibat perilakunya sendiri, nah setelah bawahan saya berterus terang kepada saya tentang masalahnya, maka sebagai atasan tentu saja saya mesti membinanya agar kedepan bawahan saya ini lebih tahu diri dan wawas diri.
Nah, apa sih sebenarnya yang sedang dihadapi oleh bawahan saya tersebut?
Ya, ternyata memang enggak jauh dari masalah keuangan akibat perhutangan diantara pegawai, lalu masalah curhat yang kebablasan yang berujung menggunjing kejelekan sesama rekan kerja, hingga akhirnya sekarang dia ditandai oleh yang lainnya.
Sebagai atasan, dengan semampunya saya berupaya membantu menuntaskan permasalahannya, kalau masalah hutang saya kasih kasbon dia dengan sejumlah "catatan" tertentu.
Kemudian saya juga menekankan kepadanya agar instrospeksi diri dan insaf atas perilaku suka hutang dengan teman kerja, suka curhat menggunjing enggak penting yang jadi kebiasaannya tersebut, termasuk soal gaya hidupnya.
Butuh waktu memang, tapi setelah saya monitoring dan saya kontrol secara kontinu, perlahan dia bisa mengubah perilakunya tersebut dan rekan kerjanya yang lain sudah dapat menerimanya kembali.
Ya, dari apa yang menjadi realita nyata terkait apa yang saya uraikan di atas, maka setidaknya ada 3 hal penting yang kiranya jangan dibiasakan untuk diterapkan jadi perilaku.