Oleh karenanya kepada para atasan, kami menyarankan budaya overwork ini jangan dinormalisasi atau jadi kebiasaan yang dibiasakan kepada para bawahan.
Para atasan seyogianya dapat bertindak bijak, untuk tetap mempertimbangkan bagaimana kesehatan fisik maupun mental para bawahan (karyawan).
Begitu juga sebaliknya, bila para bawahan atau karyawan sendiri yang bertindak overwork ini, ya harus mawas diri, ingat robot aja butuh cool down dan retreat apalagi kamu.
Kalau kamu beralasan banyak kerjaan dan mesti lembur terus, ya akan gitu terus, namanya juga kerjaan, ya enggak akan ada habisnya, lagipula kalau kamu keseringan lembur, tentu ada yang salah juga berkaitan dengan manajemen kerjamu.
Nah, bicara soal lembur, ada baiknya juga kamu evalusi lagi soal perlemburan ini, kalau enggak penting-penting amat atau urgent banget, ya ngapain harus lembur.
Intinya jangan keseringan lembur kalau enggak urgent, supaya kerja enggak sampai harus dilembur, maka kamu perbaiki manajemen kerjamu.
Daripada kamu kerja, kerja, kerja, dan kerja terus atas nama "lemburitas", loyalitas dan dedikadi tapi akhirnya kamu "tipes", alias tumbang jatuh sakit, lebih baik kombinasi itu dengan worklife balance.
Kalau kamu akhirnya jatuh sakit, yang paling kasihan dan terdampak siapa coba, ya jelas saja kamu sendiri dan keluarga kamu kan. Iya kan.Â
Yang jelas juga, overwork ini secara simultannya ke depan akan berdampak seperti di antaranya:
1. Berkurangnya waktu bersama keluarga