Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Berdarah Kerusuhan Suporter Arema, antara Duka dan Miris

2 Oktober 2022   13:01 Diperbarui: 2 Oktober 2022   13:12 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerusuhan Suporter Arema di stadion Kanjuruhan | Dokumen Foto via Kompas.com

"Telah meninggal 127 orang, dua di antaranya anggota Polri," ujar Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta.

Ya, begitulah rilis resmi Kapolda Jatim, Irjen Nico terkait korban meninggal dunia tragedi berdarah yang terjadi di stadion Kanjuruhan, Kabuputen Malang.

Bahkan data terupdate dari berbagai media, ternyata jumlah korban meninggal dunia mencapai 182 orang, dan entahlah mungkin masih bisa bertambah.

Yang jelas, secara faktanya ratusan nyawa melayang dan ratusan lainnya luka-luka, termasuk kerugian materil akibat kerusuhan suporter di stadion kanjuruhan, Kabupaten Malang.

Kapolda Jatim Saat konferensi pers tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion Kanjuruhan, Kab. Malang | Dokumen Foto Via Kompas.com
Kapolda Jatim Saat konferensi pers tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion Kanjuruhan, Kab. Malang | Dokumen Foto Via Kompas.com

Yang pasti, secara keseluruhannya, Indonesia sedang diliputi duka cita mendalam atas terjadinya tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion Kanjuruhan, Kab. Malang yang memakan korban jiwa yang tidak sedikit ini.

Ya, miris, begitulah yang terselip di antara kedukaan dan kesedihan terkait tragedi berdarah kerusuhan yang terjadi tersebut. 

Betapa fanatisme "keblinger" suporter, betapa rivalitas "kebablasan" suporter, ternyata menjadi potret ironi sepakbola nasional yang harus ditebus dengan sebegitu mahalnya akibat ketidak dewasaan suporter dan ketidak berterimaan suporter atas kekalahan tim yang didukungnya.

Duhai para suporter sepakboka nasional, sudahilah rivalitas antara suporter, tolonglah dewasa dalam mendukung tim masing-masing, kalau tim yang didukung kalah ya tolonglah dewasa.

tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion Kanjuruhan, Kab. Malang | Dokumen Foto Via Kompas.com
tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion Kanjuruhan, Kab. Malang | Dokumen Foto Via Kompas.com

Ya, tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan ini sangatlah penting dan perlu jadi evaluasi mendalam bagi PSSI sebagai penyelenggara liga dan pembinaan sepakbola nasional, termasuk bertanggung jawab penuh atas jatuhnya korban jiwa dalam tragedi berdarah tersebut.

PSSI jangan hanya terkesan menyalahkan panpel liga dan terkesan lempar tanggung jawab kesalahan terhadap pihak keamanan, tapi PSSI harus bertanggung jawab seutuhnya, untuk evaluasi dan investigasi secara keseluruhan.

Sebab juga, kejadian kerusuhan suporter sepakbola nasional bukan sekali dua kali, tapi sudah seringkali terjadi, namun adakah upaya PSSI untuk mengeliminir dan mengatasi terjadinya gesekan ataupun kerusuhan suporter?

Enggak Ada!

Yang ada hanya sanksi kepada Panpel liga, sanksi kepada klub, tapi enggak ada upaya mencari solusi bagaimana mengantisipasi gesekan antar suporter dan membina suporter secara serius.

Padahal saran konstruktif sudah seringkali dilayangkan kepada PSSI, bahwa suporter sepakbola kita itu aset yang amat penting dan berharga, serta perlu di bina dengan bijak.

Jadi, ya jangan melulu sepakbokanya yang diurus tapi suporternya enggak! Jangan begitulah.

Tolong lah PSSI bina suporter sepakbola nasional! Berdayakan suporter secara positif! Edukasi suporter agar dewasa! 

Tapi apa?

PSSI sepertinya budek untuk tutup telinga dan buta untuk tutup mata, enggak mau menerima saran untuk membina suporter sepakbola nasional, padahal jelas antara sepakbola dan suporter itu saling melekat serta tak terpisahkan.

Kesimpulannya, tragedi berdarah kerusuhan suporter di stadion kanjuruhan adalah tanggung jawab PSSI sepenuhnya.

Kerusuhan suporter adalah yang sudah kesekian kali banyaknya terjadi, sehingga agar dapatnya PSSI jangan lepas tangan terkait bagaimana mengelola dan membina suporter nasional.

Duhai PSSI, haruskah tragedi berdarah hilangnya nyawa akibat kerusuhan suporter kedepan terus terjadi, kalau banyak nyawa manusia yang seringkali jadi penebusnya akibat gesekan antar suporter dan ketidak dewasaan hingga keberingasan suporter sepakbola nasional. 

Sudahlah, kalau hanya begini jadinya, daripada banyak nyawa terus melayang, lebih baik bubarkan saja liga, bubarkan saja olahraga sepakbola, dan PSSI bubar jalan aja sekalian!

Duhai PSSI, jangan hanya sepakbola nasional saja yang diurus, tapi suporter juga harus dibina dan jangan diabaikan, karena antara sepakbola dan suporter itu saling tak terpisahkan.

-----

Turut berduka cita, atas tragedi berdarah hilangnya nyawa suporter arema dan gugurnya polisi yang bertugas, semoga keluarga yang tertimpa musibah ini dapat tabah dan lapang dada.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun