Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengatasi Si Malingering yang Merusak Teamwork

7 September 2022   13:04 Diperbarui: 9 September 2022   01:00 1391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kegiatan baik itu kegiatan internal maupun eksternal teamwork, adakah kira kira anggota tim yang sering banget menarik diri dari teamwork?

Tetiba, enggak ada angin dan enggak ada hujan, eh dia izin mendadak sakit, dan bukan sekali dua kali dia berlaku begitu, tapi setiap dia punya peluang menghindar, maka dia manfaatkan peluang tersebut untuk tetiba sakit mendadak, sehingga enggak bisa bergabung dengan teamwork.

Ya, kalau di teamwork Anda ada salah satu anggota tim yang sering banget berperilaku mendadak sakit ketika dibutuhkan untuk kerja tim, maka patut dicurigai, bahwa dia sedang menjalankan aksi Malingering.

Malingering merupakan perilaku dengan berpura-pura sakit yang berlebihan atau memalsukan kesehatan untuk memperoleh keuntungan pribadi, atau untuk menghindari suatu tanggung jawab, bahkan juga dilakukan dalam rangka memperoleh simpati.

Seperti misal menghindar dari tanggung jawab tugas dalam tim misalnya, mau enaknya sendiri dalam tim misalnya, supaya enggak kebebanan job dalam tim misalnya, pokoknya mengedepankan ego dan individualistis, dan sebagainya.

Jelas banget bukan, kalau di dalam teamwork ada anggota tim yang berperilaku main watak begini, dengan modus aksi malingering ini, maka kedepannya akan merusak kerja, kinerja, dan tatanan teamwork.

Bahkan kalau tidak ada upaya untuk mengatasinya, maka secara simultan akan memengaruhi anggota tim yang lainnya dalam teamwork, atau jadi semacam virus yang dapat menulari perilaku malingering kepada yang lainnya.

Wah, bisa rusak dan tidak kondusif situasi teamwork kalau begini caranya, jelas tidak bisa dibiarkan, yang lainnya tentu enggak akan terima kan, masa setiap ada kegiatan krusial dan penting, eh ada si dia yang sering main watak melakukan aksi malingering ini.

Lantas, bagaimana cara mengatasinya, kalau di dalam teamwork ternyata ada si malingering ini?

Ilustrasi gambar aksi malingering karyawan | Dokumen foto via urbanasia.com
Ilustrasi gambar aksi malingering karyawan | Dokumen foto via urbanasia.com

Yang jelas dalam hal ini yang paling bertanggung jawab mengatasi adanya anggota teamwork yang sering melakukan aksi malingering ini adalah team leader dalam teamwork.

Lantas, apa tindakan team leader terhadap si malingering ini?

Pertama, sebagai langkah awal team leader harus mengambil tindakan pre-emtif dan persuasif.

Team leader bertindak mengimbau, membujuk, mengajak, dan membimbing dahulu dengan bijak, anggota tim yang sering melakukan aksi malingering ini untuk menghentikan aksinya.

Informasikan kepada si dia bahwa aksi malingering-nya sudah ketahuan dan dapat menggoyahkan situasi teamwork, serta merugikan teamwork serta memengaruhi anggota tim yang lainnya.

Nah, setelahnya team leader dapat melihat perkembangannya, kalau si dia enggak lagi bikin aksi malingering alias insyaf ya sudah, tinggal di monitoring saja, kumat lagi atau tidak, kalau kumat lagi ya, ditindak lagi kan.

Jangan terlupa, untuk membuat semacam perjanjian yang memuat pernyataan si malingering terkait tidak mengulangi lagi tindakannya.

Namun kalau team leader sudah mengambil tindakan pre-emtif dan persuasif tapi ternyata tidak ada perubahan atau kumat lagi masih sering bikin aksi malingering, lanjutkan langkah berikut di bawah.

Kedua, team leader harus mengambil tindakan preventif dan pervation.

Jikalau langkah pertama gagal, maka tindakan team leader yang berikutnya adalah melakukan tindak sedikit tegas dengan mengingatkan norma yang dilanggar dalam teamwork dan konsekuensi sanksi pelanggarannya.

Setidaknya hal ini juga untuk mencegah menularnya perilaku malingering ini kepada anggota team yang lainnya, dan ini juga menunjukan kepada anggota teamwork, bahwa ternyata team leader punya power dalam upaya mengatasi si malingering.

Jangan terlupa juga di sini, untuk membuat semacam perjanjian lagi, yang memuat pernyataan si malingering terkait komitmen tidak mengulangi lagi tindakkannya.

Setelahnya dilihat saja, ada perubahan atau tidak, kalau ternyata ada perubahan, ya sudah, seperti tadi di atas, tinggal dimonitoring saja, kumat lagi atau tidak.

Namun, ketika sudah dilakukan tindakan persuasif dan pre-emtif ditambah sudah dilakukan tindakan preventif dan pervation enggak ada perubahan atau kumat lagi, maka lanjutkan dengan tindakan di bawah.

Ketiga, team leader harus melakukan tindakan koersif dan compulsion.

Ya, ini adalah cara memperingatkan si malingering dengan paksaan dan juga ada bentuk punisment, dalam rangka mencapai compulsion, yaitu paksa dan diberi sanksi, dalam rangka mengubah perilaku negatif malingering-nya agar jera dan tidak mengulangi kesalahan.

Tentunya jangan terlupa juga di sini, untuk membuat semacam perjanjian lagi, yang memuat pernyataan si malingering dan catatan pernyataan pengakuan sanksi yang dilanggarnya, terkait komitmennya tidak mengulangi lagi tindakannya.

Setelahnya, tinggal dilihat perkembangannya, kalau ada perubahan dan si malingering berhasil insyaf, ya sudah tinggal dimonitoring kembali, kumat lagi atau tidak.

Namun, kalau sudah dilakukan ketiga tindakan di atas, ternyata sama sekali enggak ada perubahan dan sering kumat lagi, maka langkah terakhir bisa dilakukan seperti dibawah ini.

Keempat, team leader merekomendasikan dengan pihak manajemen atau unsur pimpinan agar si malingering dikeluarkan dari teamwork.

Ya, sudah dibela-belain, diperhatikan, dipertimbangkan, dan dibina serta diberi punishment tapi enggak ada perubahan sama sekali, ya untuk apa dipertahankan, jelas sudah itikad dan niatnya bekerja tim enggak bisa dipertanggungjawabkan.

Jadi, daripada bikin rusak teamwork, ya satu-satunya jalan ya dikeluarkan saja dari tim, daripada juga merusak anggota tim yang lain, lebih baik enggak usah ada si malingering ini dalam teamwork.

Ya sudah, team leader tinggal bikin rekomendasi kepada pihak manajemen atau unsur pimpinan agar si malingering dikeluarkan dari teamwork.

Yang jelas di sini, kalau team leader akan mengambil keputusan terakhir ini, tentunya harus disertai bukti-bukti yang kuat.

Bukti bisa ditunjukan melalui riwayat pelanggaran perjanjian pernyataan yang telah dibuat dalam ketiga langkah tadi di atas termasuk riwayat sanksi yang pernah diberikan.

Tentunya kalau dengan adanya bukti kuat tersebut, pasti pihak manajemen atau unsur pimpinan akan merestui, sehingga menyetujui si malingering dikeluarkan dari teamwork, dan nasib si malingering ya tinggal bagaimana pihak manajemen dan unsur pimpinan.

Mau dimutasi atau malah dipecat ya tinggal bagaimana pihak manajemen dan unsur pimpinan, yang terpenting teamwork sudah terbebas dari si dia yang suka main watak dengan aksi malingering ini.

Nah, inilah sekiranya yang bisa penulis sarankan terkait bagaimana caranya mengatasi si malingering yang merusak teamwork. Semoga dapat bermanfaat.

We work as a team.

Sigit Eka Pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun