Jangan terlupa juga di sini, untuk membuat semacam perjanjian lagi, yang memuat pernyataan si malingering terkait komitmen tidak mengulangi lagi tindakkannya.
Setelahnya dilihat saja, ada perubahan atau tidak, kalau ternyata ada perubahan, ya sudah, seperti tadi di atas, tinggal dimonitoring saja, kumat lagi atau tidak.
Namun, ketika sudah dilakukan tindakan persuasif dan pre-emtif ditambah sudah dilakukan tindakan preventif dan pervation enggak ada perubahan atau kumat lagi, maka lanjutkan dengan tindakan di bawah.
Ketiga, team leader harus melakukan tindakan koersif dan compulsion.
Ya, ini adalah cara memperingatkan si malingering dengan paksaan dan juga ada bentuk punisment, dalam rangka mencapai compulsion, yaitu paksa dan diberi sanksi, dalam rangka mengubah perilaku negatif malingering-nya agar jera dan tidak mengulangi kesalahan.
Tentunya jangan terlupa juga di sini, untuk membuat semacam perjanjian lagi, yang memuat pernyataan si malingering dan catatan pernyataan pengakuan sanksi yang dilanggarnya, terkait komitmennya tidak mengulangi lagi tindakannya.
Setelahnya, tinggal dilihat perkembangannya, kalau ada perubahan dan si malingering berhasil insyaf, ya sudah tinggal dimonitoring kembali, kumat lagi atau tidak.
Namun, kalau sudah dilakukan ketiga tindakan di atas, ternyata sama sekali enggak ada perubahan dan sering kumat lagi, maka langkah terakhir bisa dilakukan seperti dibawah ini.
Keempat, team leader merekomendasikan dengan pihak manajemen atau unsur pimpinan agar si malingering dikeluarkan dari teamwork.
Ya, sudah dibela-belain, diperhatikan, dipertimbangkan, dan dibina serta diberi punishment tapi enggak ada perubahan sama sekali, ya untuk apa dipertahankan, jelas sudah itikad dan niatnya bekerja tim enggak bisa dipertanggungjawabkan.
Jadi, daripada bikin rusak teamwork, ya satu-satunya jalan ya dikeluarkan saja dari tim, daripada juga merusak anggota tim yang lain, lebih baik enggak usah ada si malingering ini dalam teamwork.