Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

MPASI, yang Tua Pernah Muda, yang Muda Belum Pernah Tua

24 Agustus 2022   08:41 Diperbarui: 24 Agustus 2022   08:45 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi asupan gizi bayi dalam hal MPASI | Dokumen Foto Via TVCrecer.com

"Jangan kasih mamam bayimu yang begitu dulu, sebaiknya yang begini dulu dan sebaiknya yang begitu dulu. Takutnya, nanti begini dan takutnya nanti begitu".

Kira-kira begitulah yang pada umumnya seringkali berlaku kepada para pasangan suami istri (Parents), khususnya kepada pihak ibu ataupun istri kita, ketika menyoal tentang Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MPASI ini.

Ada saja saran ataupun rekomendasi yang ditujukan kepada pasangan suami istri, khususnya kepada istri, baik itu dari ibu kandung istri maupun dari ibu mertua istri soal MPASI ini.

Lantas, bagaimanakah sikap Parents terkait ini, bingung kah, menolaknya kah, menerimanya kah, atau harus bagaimana kah?

Yang jelas, kalau berpikir secara positif dan visioner, maka apa yang seringkali dipersoalkan soal MPASI ini olah para orangtua pasangan suami istri yang sedang memiliki bayi, apalagi bila ini merupakan pengalaman yang perdana, maka secara intinya adalah bertujuan baik.

Sebab memang, asupan MPASI sebagai makanan atau minuman bergizi seimbang yang diberikan kepada bayi berusia 6-24 bulan tidaklah bisa sembarangan, memang harus wawas, teliti, dan hati-hati.

Ya, soal MPASI, yang tua pernah muda, yang muda belum pernah tua.

Begitulah kira-kiranya istilah peribahasanya, karena jelas memang orangtua pasti jauh lebih berpengalaman soal MPASI ini.

Jadi, ya enggak ada salahnya kan kalau apa yang menjadi saran para orangtua soal MPASI ini jadi pertimbangan positif bagi pasangan suami istri terkait asupan MPASI ini bagi bayi Parents.

Tentunya hal ini dipersoalkan oleh para orangtua kita adalah dalam rangka proses tumbuh kembang bayi agar asupan gizinya seimbang dan takarannya tepat.

Buktinya, para orangtua kita berhasil membesarkan anak-anaknya, termasuk penulis dan Anda sendiri, bukan. Jadi, ya jelas bukan, orangtua jelas jauh lebih berpengalaman soal MPASI ini.

Sekalian juga tentunya soal MPASI ini, harus dibarengi juga dengan konsultasi kepada pihak kesehatan yaitu kepada dokter anak, termasuk juga dari membaca literasi rekomendasi asupan MPASI dari situs kesehatan terpercaya.

MPASI ini sebenarnya menyoal apa sih?

Ya, kalau dari membaca berbagai literasi kesehatan maka soal MPASI ini adalah, terkait bagaimana sih sebenarnya soal pemenuhan asupan gizi bayi dengan takaran tertentu selain ASI.

MPASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga namun tidak serta merta langsung menggantikan peran ASI. Sehingga ASI tetaplah menjadi kebutuhan utama asupan gizi dalam rangka proses tumbuh kembangnya bayi.

Ilustrasi asupan gizi bayi dalam hal MPASI | Dokumen Foto Via Alodoc.com
Ilustrasi asupan gizi bayi dalam hal MPASI | Dokumen Foto Via Alodoc.com

Ternyata memang secara faktanya juga, berdasar pengalaman penulis, apa yang dikonselingkan oleh para orangtua kita soal MPASI ini, maka kalau dikombinasikan dengan hasil konseling kepada dokter anak dan literasi kesehatan soal MPASI ini, ya enggak bertentangan jauh kok.

Seperti soal bagaimana untuk mengetahui apakah bayi sudah mulai siap MPASI misalnya, ya kurang lebihnya apa yang dikonselingkan para orangtua kita ya sama sih dengan hasil konseling dari dokter anak.

Yang jelas secara intinya dari berbagai konseling ini adalah mewajibkan Parents harus mengetahui bagaimanakah tanda-tanda si kecil sudah siap MPASI, yang secara umumnya adalah sebagai berikut;

Pertama, ketika bayi sudah memiliki kontrol kepala dan leher yang baik, serta bayi sudah bisa duduk tegak saat ditopang.

Kedua, ketika bayi sudah mulai menunjukkan minatnya pada makanan, seperti ketika si kecil mulai berusaha menjangkau makanan orang dewasa misalnya.

Ketiga, ketika si kecil mulai membuka mulutnya Saat ditawarkan makanan, seperti ketika kerap membuka mulut ketika Parents menawarkan makanan dengan sendok misalnya.

Yang jelas juga, dari kombinasi konseling soal MPASI ini penekanannya adalah bahwa bayi mulai menunjukkan tanda-tanda tersebut di atas adalah sekitar usia 6 bulan dan tidak ada rekomendasi bayi dibawah usia 6 bulan untuk mulai dilakukan pemberian MPASI.

Yang pasti, kalau dari Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) soal MPASI ini yang terpenting adalah memuat menu 4 bintang, yaitu yang terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayur.

Jadi, ya tinggal bagaimana kitanya saja mengombinasikan menunya, yang terpenting dalam setiap menu tersebut mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayur dalam menu MPASI si kecil.

Yang tentunya dalam memberikan menu 4 bintang di atas, ya harus teliti juga, jangan sampai terlalu padat, atau dengan kata lain, harus yang lunak-lunak alias dibubur.

Nah, inilah kiranya yang bisa penulis bagikan melalui artikel ini, yang intinya apa yang dikonselingkan oleh orangtua kita kepada kita soal MPASI ini agar jangan juga disepelekan, karena mereka jelas jauh lebih berpengalaman soal MPASI ini.

Kalau pun kita kurang yakin, ya jangan langsung ditolak mentah-mentah, kita harus bijak, konseling kan juga ke dokter kita.

Nah, kalau sekiranya setelah kita konselingkan kepada dokter ada yang kurang pas terkait apa yang direkomendasikan oleh para orangtua kita, ya harus dikomunikasikan dengan baik agar tidak menyinggung perasaan para orangtua kita.

Tentunya, hal ini adalah dalam rangka saling mengedukasi bersama, termasuk juga dalam rangka tetap menjalin dan melanggengkan hubungan baik kita kepada para orangtua kita.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun