Promosi jabatan merupakan target yang wajar oleh karyawan bagi perkembangan kariernya kedepan dalam mengarungi dunia kerja, sehingga karenanya para karyawan selalu berupaya optimal untuk bertanggung jawab dalam jobdesc-nya.
Karena memang soal promosi jabatan ini, memang kompetitif, terjadinya persaingan ketat antar karyawan memang tidaklah dimungkiri, sebab juga kantor itu selektif dalam mempromosikan karyawannya untuk dinaikan jabatan.
Yang jelas, iklim kompetitif yang sehat dalam hal promosi jabatan ini adalah mengutamakan persaingan yang fair, sportif dan profesional atau dalam artian memang berdasarkan kelayakan nilai mutu dan kualitas karyawan.
Begitulah kiranya yang diharapkan, namun sayangnya soal mengincar promosi jabatan ini, masih sering sekali terjadi bahwa iklim kompetitif malahnya berubah jadi tidak sehat, tak ayal "hukum rimba" jugalah yang akhirnya berlaku.
Sehingga, antara karyawan justru saling "sikut-menyikut" hingga saling menjatuhkan, demi mendapat promosi jabatan, bahkan jalan pintas pun dihalalkan yaitu melobi "orang dalam" agar segera bisa mendapat promosi jabatan.
Dampaknya apa, kalau iklim persaingan dalam rangka promosi jabatan ini enggak sehat ya terang saja secara keseluruhannya ke depan akan mempengaruhi budaya kantor, kondusifitas kantor, hingga produktivitas dan kinerja kantor.
Apalagi kalau ada di antara para karyawan dapat promosi jabatan tapi lewat "jalan belakang" alias pakai jalur "orang dalam", maka tentunya di sini akan menyebabkan kecemburuan dan ketidakberterimaan oleh para karyawan lainnya yang berjuang dengan sportif.
Padahal seharusnya ada di antara para karyawan kantor yang lebih layak promosi jabatan, tapi karena ditelikung secara tidak sportif oleh oknum karyawan dengan cara jalur belakang dengan melobi oknum "orang dalam" dengan berbagai cara, malahnya karyawan yang seharusnya berhak promosi jabatan, justru gagal promosi jabatan.
Ya, oknum "orang dalam" di sini dalam artian sebagai personal karyawan yang memiliki pengaruh kuat terkait penempatan SDM karyawan dalam jabatan tertentu.
Dan pada umumnya oknum ini memang ada terdapat di departemen pengembangan SDM atau Human Resource (HR). Bisa jadi ada di antara staf HR, atau malahnya sang leadernya.
Yang jelas, kalau soal promosi jabatan ini terus terjadi budaya saling telikung dan enggak sportif begini, lewat jalan belakang dengan melobi "orang dalam" maka kedepan pasti akan berdampak signifikan kepada karyawan lainnya.
Sehingga karenanya, akibat iklim kantor enggak kondusif, enggak sehat, dan enggak fair soal promosi jabatan, maka banyak karyawan yang bakal enggak betah untuk bertahan, dan pada akhirnya banyak karyawan yang pada resign.
Karena apa, ternyata di kantor terjadi kolusi dan bahkan mungkin gratifikasi alias saling sogok-menyogok ataupun suap-menyuap dalam promosi jabatan antara oknum karyawan dan oknum "orang dalam" seperti yang penulis uraikan tadi di atas.
Incar promosi jabatan tapi lewat "jalan belakang", haruskah begitu?
Ya, terang saja, sedikit demi sedikit, soal iklim kompetitif yang tidak sehat soal promosi jabatan ini, akan terbaca juga oleh pihak-pihak berwenang lainnya di kantor dan pasti akan segera mengetahuinya adanya indikasi perilaku oknum-oknum karyawan yang menyebabkan tidak kondusifnya kantor.
Setidaknya kantor akan melakukan verifikasi faktual dan audit internal untuk mengevaluasi oleh sebab kenapa kok sampai terjadi iklim kompetitif yang tidak fair alias enggak sehat ini soal promosi jabatan.
Nah setelahnya, pasti bakal akan ketahuan jugakan terkait siapa-siapa sajakah tersangkanya alias para oknum karyawan yang menyebabkan kantor jadi enggak kondusif.
Jadinya apa, tentu saja akan ada sanksi atau punishment, dan soal sanksi ringan, sedang, maupun beratnya ini tergantung tingkatan toleransi kesalahannya.
Kalau masih ringan atau masih dalam batas toleransi yang wajar ya bisa bertahan di kantor, tapi kalau sudah dalam tingkatan yang berat banget ya bisa dipecat.
Jadi, kalau para karyawan sedang mengincar promosi jabatan tapi caranya enggak fair, sehingga menyebabkan iklim kantor enggak sehat, lama-lama pasti akan tercium dan akan ketahuan juga oleh kantor, sehingga untuk apa berlaku seperti itu kalau pada akhirnya enggak langgeng.
Percayalah menempuh jalan yang tidak dibenarkan soal promosi jabatan ini enggak akan membuat tenang, akan selalu dikejar rasa bersalah, dan perlahan pasti akan ketahuan oleh pihak berwenang kantor yang lainnya.
Lebih baik soal promosi jabatan ini adalah berkompetisi dengan sehat, mengutamakan sportif dan profesional, serta selalu mengedepankan nilai kelayakan mutu dan kualitas sesuai jobdesc masing-masing.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI