Yang jelas, kalau soal promosi jabatan ini terus terjadi budaya saling telikung dan enggak sportif begini, lewat jalan belakang dengan melobi "orang dalam" maka kedepan pasti akan berdampak signifikan kepada karyawan lainnya.
Sehingga karenanya, akibat iklim kantor enggak kondusif, enggak sehat, dan enggak fair soal promosi jabatan, maka banyak karyawan yang bakal enggak betah untuk bertahan, dan pada akhirnya banyak karyawan yang pada resign.
Karena apa, ternyata di kantor terjadi kolusi dan bahkan mungkin gratifikasi alias saling sogok-menyogok ataupun suap-menyuap dalam promosi jabatan antara oknum karyawan dan oknum "orang dalam" seperti yang penulis uraikan tadi di atas.
Incar promosi jabatan tapi lewat "jalan belakang", haruskah begitu?
Ya, terang saja, sedikit demi sedikit, soal iklim kompetitif yang tidak sehat soal promosi jabatan ini, akan terbaca juga oleh pihak-pihak berwenang lainnya di kantor dan pasti akan segera mengetahuinya adanya indikasi perilaku oknum-oknum karyawan yang menyebabkan tidak kondusifnya kantor.
Setidaknya kantor akan melakukan verifikasi faktual dan audit internal untuk mengevaluasi oleh sebab kenapa kok sampai terjadi iklim kompetitif yang tidak fair alias enggak sehat ini soal promosi jabatan.
Nah setelahnya, pasti bakal akan ketahuan jugakan terkait siapa-siapa sajakah tersangkanya alias para oknum karyawan yang menyebabkan kantor jadi enggak kondusif.
Jadinya apa, tentu saja akan ada sanksi atau punishment, dan soal sanksi ringan, sedang, maupun beratnya ini tergantung tingkatan toleransi kesalahannya.
Kalau masih ringan atau masih dalam batas toleransi yang wajar ya bisa bertahan di kantor, tapi kalau sudah dalam tingkatan yang berat banget ya bisa dipecat.
Jadi, kalau para karyawan sedang mengincar promosi jabatan tapi caranya enggak fair, sehingga menyebabkan iklim kantor enggak sehat, lama-lama pasti akan tercium dan akan ketahuan juga oleh kantor, sehingga untuk apa berlaku seperti itu kalau pada akhirnya enggak langgeng.