Mutasi besar-besaran terjadi di dalam tubuh Organisasi Polri dalam keterkaitannya dengan tindak pidana kematian Brigadir Joshua dan tidak tanggung-tanggung jumlahnya kurang lebihnya adalah 25 orang personel Polri.
Dalam hal ini, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan, bahwa Timsus Polri telah memeriksa 25 orang dari tingkat Perwira Tinggi hingga Tamtama terkait kasus tindak pidana kematian Brigadir Joshua.
Bahkan tidak main-main, karena terdapat 3 orang Perwira Tinggi Jenderal Bintang Satu, 3 orang Komisaris Besar, 3 Orang Komisaris Polisi, 3 orang Kompol, 7 orang Bintara, dan 5 Orang Tamtama.
Artinya, ketegasan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit berani mengambil keputusan yang tidak sembarangan tersebut, jelas ada apa-apanya, pasti ada sesuatu yang sangat urgen dan krusial terkait tindak pidana kematian Brigadir Joshua.
Lantas, berkaitan dengan mutasi besar-besaran ditubuh Polri ini, apakah yang kiranya menjadi korelasi pentingnya atas tindak pidana kematian Brigadir Joshua?
Jelaslah di sini, atau sudah boleh dikatakan, bahwa tindak pidana kematian Brigadir Joshua memang benar ada upaya konspirasi!
Konspirasi untuk bagaimana caranya tindak pidana kematian Brigadir Joshua ini, agar bisa diamankan ataupun dikondisikan sedemikian rupa dalam tanda kutip agar kasus kematian Brigadir Joshua dapat dianggap wajar sewajar-wajarnya.
Kalau dari persepsi bahasa intelijennya itu, semacam di-Bulsi-kan (menimbulkan situasi) atau bagaimana caranya direkayasa sedemikian rupa untuk suatu motif tertentu.
Motif itu bisa saja dalam rangka membulsikan dalam hal mengamankan posisi jabatan misalnya, pembentukan counter opini misalnya, bagaimana mengondisikan fakta aslinya untuk direkayasa seolah-olah sebagai fakta aslinya misalnya, dan sebagainya.
Begitulah kurang lebihnya dari sependek wawasan penulis yang sedikit banyaknya juga penulis pernah tempuh soal wawasan intelijen ini sesuai bidang kerja penulis saat itu pernah penulis jabat terkait Pam Berita.