Nah, kenapa juga penulis berani menyatakan bahwa kasus tindak pidana kematian Brigadir Joshua ini memang benar ada upaya konspirasi?
Ya, bisa kita lihatkan, saat bagaimana Polres Metro Jaksel saat mengurusi atau menangani kasus kematian Brigadir Joshua, lihat saja TKP sampai di kondisikan sedemikian rupa, banyak barang bukti hilang ataupun diamankan dalam tanda kutip, kemudian rilis eks Kapolres Jaksel Budi Herdi saat gelar perkara awal yang terkesan plin-plan dan tidak konsisten.
Namun, sepandai-pandai tupai melompat, antara rekayasa yang dilakukan lalu dihadapkan dengan kondisi nyata jenazah Brigadir Joshua dan dibenturkan dengan Aturan SOP dalam hal merilis gelar perkara awal malahnya jadi kontroversi.
Akhirnya, berbagai kejanggalan malahnya yang mencuat, maka gagal lah pembulsian ini, mau ditutup-tutupi dengan motif bulsi eh ujungnya malah ketahuan juga.
Jadi, konspirasi yang dibangun di sini adalah kerjasama yang dibangun dalam rangka bagaimana mengamankan kematian Brigadir Joshua dalam rangka sewajar-wajarnya.
Lantas, pihak mana dan siapa saja kah yang terlibat konspirasi ini?
Ya, Polres Jaksel dan Divpropam Polri lah! Jelas kan pasti ada koordinasi internal antara personel Polres Jaksel dengan personel Divpropam untuk bagaimana caranya bisa "mengamankan" kasus dalam tanda kutip.Â
Karena faktanya kan sekarang terlihat, banyak pejabat Polres Jaksel dan pejabat Divpropam yang dicopot oleh Kapolri, dan termasuk para anak buah mereka dan juga pasti ada apa-apanya toh kenapa Pak Listyo Sigit sampai bertindak tegas seperti itu.
Karena jelaslah di sini Kapolri Jenderal Listyo Sigit sudah berdasarkan informasi A1, bahwa memang ada SOP yang dilanggar oleh Polres Jaksel dan Divpropam Polri.
Jelas juga, Pak Listyo Sigit sudah memastikan ada yang enggak beres terjadi di lingkup Polres Jaksel dan Divpropam Polri terkait kematian Brigadir Joshua.
Kemudian, akankah dari upaya konspirasi yang boleh dibilang gagal tersebut ada yang bakal ikut terseret jadi tersangka?