Pernahkan Anda merasakan jenuh, capek, mulai males-malesan saat kerja, lalu merasa tugas pokok kok begitu-begitu saja dan itu-itu saja yang dikerjakan, karir ya begitu-begitu saja?
Lalu setelahnya tambahnya anda justru semakin merasa lelah, sumpek, stress, kehilangan selera dan semangat dalam bekerja, dorongan bertanggung jawab soal pekerjaan mulai luntur, bahkan menyerah untuk melakukan sesuatu hal atau pekerjaan.
Ya, di sinilah Anda sebenarnya sedang mengalami yang namanya demotivasi dalam menapaki karir Anda dalam bekerja.
Yang jelas kondisi demotivasi kerja ini kalau dibiarkan saja secara terus-menerus tanpa ada upaya Anda untuk mengatasinya, tentu akan berdampak semakin tidak baik pada produktivitas dan kualitas kinerja Anda di kantor.
Bahkan lebih parahnya, sawang sinawang justru semakin menggelayuti pikiran Anda, seperti misal, membandingkan diri Anda dengan orang lain yang anda lihat lebih enak kerjanya, hingga pada akhirnya ada timbul keinginan Anda untuk pindah kerja dan resign dari kantor.
yang jelas, kalau bicara soal demotivasi ini bukan hanya Anda saja yang mengalaminya, ya jujur saja, saya pun (penulis) terkadang juga ada kalanya dilanda kondisi demotivasi kerja ini.
Namun tentunya, saya tidak akan membiarkan demotivasi ini berlarut-larut melanda saya, sehingga saya selalu berupaya membangun kembali motivasi saya untuk kembali berselera menekuni pekerjaan saya.
Lantas, apakah yang bisa dilakukan sebagai solusi dari demotivasi kerja ini?
Pertama, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, saya kembali mengingat, memaknai dan meresapi bagaimana dulu perjuangan saya saat dulu masa-masa sulit saya ketika mencari kerja.
Saya ingat, betapa sulitnya perjuangan saya saat itu, beberapa kali lamaran kerja saya di-ghosting rekruter, beberapa kali saya kena prank usai interview, bahkan beberapa kali saya sudah masa percobaan bekerja tapi saya malah enggak jadi direkrut.
Ya, ketika saya kembali mengingat masa-masa sulit saya ini, saya jadi tersadar kembali, sehingga menyadari, memaknai dan meresapi, bahwa ternyata saya harusnya bersyukur dan menghargai apa yang sudah saya perjuangkan  sampai sekarang ini dengan segenap daya upaya.
Kedua, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, saya menengok ke bawah ataupun menyadarkan pikiran dengan melihat bagaimana perjuangan orang lain di luar sana.
Bahwa ternyata secara realitanya, masih banyak di luar sana yang sedang bekerja keras untuk beradu nasib mencari kerja di tengah kerasnya persaingan dunia kerja kekinian.
Ternyata saya masih lebih beruntung, padahal di luar sana masih banyak yang belum beruntung untuk mendapatkan pekerjaan, masih banyak yang jatuh bangun mencari kerja dengan segala daya upaya.
Mungkin kalau di kondisikan saat  sekarang bertukar tempat dengan posisi saya, maka akan dengan senang hati mereka mau bertukar tempat dengan saya.
Ketiga, setiap saya mulai mengeluhkan soal kondisi saya bekerja di kantor, maka saya menyadari bahwa setiap pekerjaan dalam bekerja itu ada kalanya ketemu susahnya dan ada kalanya ketemu senangnya, ada sukanya dan ada dukanya.
Susah dan dukanya harus saya pedomani sebagai pembelajaran instrospeksi diri dan tahu diri, serta berupaya dengan segenap daya untuk menguatkan mental agar ke depan lebih baik lagi.
Senang dan sukanya, saya jadikan motivasi untuk membangkitkan selera dan semangat saya untuk tetap menjaga kebereksistensian dan konsistensi saya dalam menekuni pekerjaan.
*****
Ya, begitulah kira-kiranya yang saya lakukan kalau tiba saatnya saya mulai dilanda demotivasi kerja ini, yang secara intinya mengingatkan saya untuk selalu mensyukuri apa yang sudah saya perjuangkan dan apa yang sudah saya kerjakan di kantor.
Dunia kerja itu memang keras banget, penuh tantangan dan hal-hal yang tidak terduga ataupun terprediksi, bahkan kompleks, sehingga tidaklah mengherankan jika demotivasi kerja ada kalanya datang melanda.
Namun demikian bukan berarti harus bertopang dagu ketika demotivasi kerja ini melanda, tapi harus ada upaya untuk kembali bangkit dengan gigih mempertanggungjawabkan segenap daya upaya yang sudah diperjuangkan dalam bekerja.
Nah, apakah Anda mau berlarut-larut mengakomodir demotivasi kerja Anda, atau ikut berjuang dengan penulis maju tak gentar membasmi demotivasi kerja ini?
Pilihan dan keputusan tinggal di Anda sendiri, setidaknya juga, penulis sudah berbagi saran untuk Anda untuk berjuang bersama mengatasi demotivasi kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H