Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dampak Diplomasi Jokowi Soal Rusia, Ukraina, dan Presidensi G20

4 Juli 2022   22:11 Diperbarui: 4 Juli 2022   22:46 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar Bendera Negara G20 | Dokumen Foto Via Tempo.co


Akankah hasil dari diplomasi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dapat mendamaikan pertikaian perang antara Rusia dan Ukraina?

Apakah ada korelasinya dengan peluang Presiden Jokowi mendapatkan anugerah Nobel perdamaian?

Apakah mungkin sebenarnya diplomasi Presiden Jokowi ini hanyalah merupakan sebuah penegasan posisi Indonesia bahwa Indonesia berada diposisi netral, atau bahkan hanyalah sekadar menyampaikan undangan pada pertemuan Presidensi G20 belaka?

Apakah diplomasi Presiden Jokowi ini hanya sebatas mendompleng atau menjual atas nama misi kemanusian dan misi perdamaian tapi sebenarnyanya diplomasi Presiden Jokowi ini hanya membawa misi atas nama investasi dan hubungan bilateral belaka?

Apakah korelasi pertemuan Negara-negara G20 ke depan di Indonesia, dengan posisi Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20?

Dan secara keseluruhannya, pasca diplomasi Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina usai, termasuk soal pertemuan presidensi G20 ke depan, akankah ada dampaknya?

Sebelum lanjut, sejenak ada baiknya juga meresapi lagu grup Nasida Ria yang judulnya perdamaian.

"Perdamaian, oh perdamaian, perdamaian oh perdamain.
Banyak yang cinta damai tapi perang makin ramai.
Bingung-bingung ku memikirkan".

Ya, memang tidaklah semenjana itu pasca diplomasi Presiden Jokowi ini, maka perdamaian antara Rusia dan Ukraina langsung bisa terwujud, karena buktinya Rusia masih saja menggempur dan memerangi Ukraina. Perang diantara kedua negara masih terus berlanjut entah sampai kapan.

Namun setidaknya, saat Presiden Jokowi dalam misi diplomasi di Ukraina, bersama Ibu Iriana, dan rombongan dalam kondisi aman terkendali.

Hal ini, bisa dimungkinkan sebelumnya ada persetujuan atau kesepakatan antara Indonesia (Jokowi) dan Rusia (Putin) terkait misi diplomasi Jokowi ini ke Ukraina.

Artinya di sini, saat Presiden Jokowi dan rombongan berada di Ukraina, Rusia (Putin) tidak menyerang Ukraina, sehingga dalam hal ini jelas ada dampaknya, yaitu penghormatan Rusia atas Indonesia, bahwasanya Rusia menghargai Indonesia.

Bayangkan saja kalau Rusia tidak menghormati dan meremehkan Indonesia, bisa saja Rusia mengempur Ukraina saat Presiden Jokowi dan rombongan sedang berada di Ukraina.

Atau bahkan, sebelum Presiden Jokowi dan rombongan datang ke Ukraiana, bisa saja Rusia semakin intensif menggempur Ukraina, sehingga Jokowi akhirnya membatalkan misi diplomasinya ke Ukraina, tapi ternyata di lapangan membuktikan, bahwa saat Jokowi menemui Zelensky, situasi dan kondisi aman dan terkendali.

Satu bukti nyata, bahwasanya diplomasi Presiden Jokowi berdampak, bahwa dalam hal ini Rusia tidak menganggap sebelah mata Indonesia.

Demikian juga diplomasi yang coba dibangun Presiden Jokowi saat bertemu Putin, bukanlah hanya semata menegaskan soal posisi politik luar negeri Indonesia yang netral atau non-blok, atau bahkan hanya sekadar hubungan bilateral, soal investasi dan hanya sekadar menyampaikan undangan G20 saja.

Tapi dibalik itu, jalinan diplomasi komunikasi yang dibangun Presiden Jokowi kepada Putin dan Zelensky, akan berdampak secara simultan, baik secara visi dan misi bagi jangka panjang ke depan, terkait ancaman krisis global yang di antaranya adalah krisis ketahanan pangan.

Sebagai buktinya dari keberhasilan diplomasi Presiden Jokowi adalah Putin berani pasang badan untuk menjamin kelancaran pasokan pangan dunia yang berasal dari Rusia, meskipun dibumbui juga oleh janji Putin untuk menanamkan investasi di Indonesia.

Tapi sekali lagi patutlah diingat, yang berjanji soal investasi di Indonesia adalah Putin, dan dalam hal ini memang sudah seharusnya juga bahwa hubungan bilateral itu harus terpelihara, bisa saja salah satunya dengan kerjasama tentang invenstasi.

Kemudian sebelumnya, pada saat Presiden Jokowi bertemu dengan Zelensky, maka diplomasi Presiden Jokowi juga boleh dikatakan berhasil, karena Zelensky pun, pasang badan terkait pasokan pangan dunia yang berasal dari Ukraina.

Ilustrasi gambar, Diplomasi Presiden Jokowi dengan Zelensky dan Putin | Dokumen Foto Biro Setpres Via Kumparan.com
Ilustrasi gambar, Diplomasi Presiden Jokowi dengan Zelensky dan Putin | Dokumen Foto Biro Setpres Via Kumparan.com

Namun dilain sisi, kalau kembali ke perseteruan antara Rusia dan Ukraina, maka kalau perang terus berlarut-larut, maka bisa saja akan perang tersebut semakin memicu berbagai macam krisis global, bahkan yang lebih parah lagi adalah, perang dunia bisa saja tidak terhindarkan.

Karena negara di kelompok NATO terangan-terangan malah menanamkan kepentingannya diantaranya memasok Alutsista perang membantu Ukraina. Bahkan termasuk negara lainnya yang simpati dengan Ukraina malah ikut-ikutan memasok Alutsista perang.

Sehingga, bisa saja ketegangan antar negara di dunia akan semakin meningkat, tensinya semakin tinggi dan ke depan perang semakin pelik, karena bisa dimungkinkan negara-negara yang merupakan sekutu Rusia ikut membantu kepentingan Rusia di Ukraina.

Maka bisa saja yang terjadi bukanlah lagi perang Rusia dan Ukraina, tapi sudah menjurus ke perang dunia. Bahkan kemungkinan besarnya adalah dapat menimbulkan aksi saling boikot dan embargo lintas sektoral antar negara.

Terang saja kalau perang sudah menjurus seperti ini, maka terjadinya krisis global tidak akan terhindarkan yang tentunya akan berdampak pada seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Oleh karenanya, terwujudnya perdamaian antara Rusia dan Ukraina ini tentu menjadi harapan bersama, dan bukanlah mustahil dengan seiring waktu ke depan, cita-cita terwujudnya perdamaian antara kedua negara yang sedang berperang ini dapat tercipta nyata. Mudahan saja.

Yang patut dicatat juga, soal diplomasi ini adalah, bukanlah soal Presiden Jokowi berburu Nobel perdamaian, jelas saja kalau soal Nobel perdamaian ini adalah nomor yang paling belakang, bahkan sejatinya boleh dikata, tidak ada korelasinya sama sekali.

Sebenarnya, kalau bisa lebih cermat lagi soal diplomasi Presiden Jokowi dari kacamata lini waktu jangka panjang ke depan, termasuk juga berkaitan dengan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20.

Maka di sinilah sejatinya Indonesia sedang mengumumkan pada dunia, bahwasanya ancaman bahaya krisis global sudah di depan mata, ancaman krisis yang tidak bisa dipandang sebelah mata sudah di depan hidung mengancam kehidupan umat manusia.

Jadi, tinggal bagaimana respon berbagai negara di dunia, apakah tinggal diam, tak perdulikah, ataukah tergugah nurani untuk turut bersama Indonesia dalam rangka langkah cegah tangkal terkait ancaman krisis global ke depan.

Yang jelas juga ke depan, momentum pertemuan G20 tahun 2022 yang akan berlangsung di Indonesia bisa menjadi langkah emas untuk memulai kerjasama untuk pulih bersama, bahu membahu demi keselamatan umat manusia.

Ilustrasi gambar Bendera Negara G20 | Dokumen Foto Via Tempo.co
Ilustrasi gambar Bendera Negara G20 | Dokumen Foto Via Tempo.co

Di perhelatan G20 inilah sejatinya, hati dan nurani para pemimpin dunia harusnya tergugah terkait ancaman krisis global ini, apakah tega mengorbankan umat manusia, apakah lebih mengutamakan kepentingan sendiri kah, ataukah sebaliknya, pasang badan bersama, bergerak bersama, berjuang bersama demi keselamatan umat manusia.

Mudah-mudahan saja, pertemuan G20 nanti di Indonesia, di samping menjadi tinta emas bersejarah bagi Indonesia, sekaligus juga menjadi momentum bersejarah bersama untuk sehati, senurani, seirama dan seiya sekata dalam misi luhur menggalang kekuatan bersama untuk menyelamatkan umat manusia dari krisis global yang sudah tampak di depan mata. Semoga.

Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun