Namun dilain sisi, kalau kembali ke perseteruan antara Rusia dan Ukraina, maka kalau perang terus berlarut-larut, maka bisa saja akan perang tersebut semakin memicu berbagai macam krisis global, bahkan yang lebih parah lagi adalah, perang dunia bisa saja tidak terhindarkan.
Karena negara di kelompok NATO terangan-terangan malah menanamkan kepentingannya diantaranya memasok Alutsista perang membantu Ukraina. Bahkan termasuk negara lainnya yang simpati dengan Ukraina malah ikut-ikutan memasok Alutsista perang.
Sehingga, bisa saja ketegangan antar negara di dunia akan semakin meningkat, tensinya semakin tinggi dan ke depan perang semakin pelik, karena bisa dimungkinkan negara-negara yang merupakan sekutu Rusia ikut membantu kepentingan Rusia di Ukraina.
Maka bisa saja yang terjadi bukanlah lagi perang Rusia dan Ukraina, tapi sudah menjurus ke perang dunia. Bahkan kemungkinan besarnya adalah dapat menimbulkan aksi saling boikot dan embargo lintas sektoral antar negara.
Terang saja kalau perang sudah menjurus seperti ini, maka terjadinya krisis global tidak akan terhindarkan yang tentunya akan berdampak pada seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Oleh karenanya, terwujudnya perdamaian antara Rusia dan Ukraina ini tentu menjadi harapan bersama, dan bukanlah mustahil dengan seiring waktu ke depan, cita-cita terwujudnya perdamaian antara kedua negara yang sedang berperang ini dapat tercipta nyata. Mudahan saja.
Yang patut dicatat juga, soal diplomasi ini adalah, bukanlah soal Presiden Jokowi berburu Nobel perdamaian, jelas saja kalau soal Nobel perdamaian ini adalah nomor yang paling belakang, bahkan sejatinya boleh dikata, tidak ada korelasinya sama sekali.
Sebenarnya, kalau bisa lebih cermat lagi soal diplomasi Presiden Jokowi dari kacamata lini waktu jangka panjang ke depan, termasuk juga berkaitan dengan Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20.
Maka di sinilah sejatinya Indonesia sedang mengumumkan pada dunia, bahwasanya ancaman bahaya krisis global sudah di depan mata, ancaman krisis yang tidak bisa dipandang sebelah mata sudah di depan hidung mengancam kehidupan umat manusia.
Jadi, tinggal bagaimana respon berbagai negara di dunia, apakah tinggal diam, tak perdulikah, ataukah tergugah nurani untuk turut bersama Indonesia dalam rangka langkah cegah tangkal terkait ancaman krisis global ke depan.
Yang jelas juga ke depan, momentum pertemuan G20 tahun 2022 yang akan berlangsung di Indonesia bisa menjadi langkah emas untuk memulai kerjasama untuk pulih bersama, bahu membahu demi keselamatan umat manusia.