Ya, seperti yang diketahui bersama Presiden RI Ir. H. Joko Widodo (Jokowi) sedang menjalankan misi mulia yaitu misi perdamaian dari dua negara yang sedang terlibat perang yaitu, Rusia dan Ukraiana.
Langkah Jokowi untuk berkunjung langsung menemui pucuk pimpinan kedua negera yang sedang berperang tersebut, boleh di kata sebagai langkah heroik.
Kenapa begitu?
Jokowi berani mengambil keputusan terkait misinya ini, karena misinya bukanlah tanpa risiko, karena nyawalah taruhannya, bahkan yang lebih membuat salut lagi adalah, dalam misi ini turut pula Ibu Iriana dalam rombongan.
Risiko yang tentunya sewaktu-waktu ataupun kapan saja waktunya dapat mengancam nyawa Jokowi dan rombongan saat lawatan ke Ukraina.
Bagaimana tidak, negara Ukraina yang sedang dibombardir dahsyat oleh Rusia dan masih dalam gempuran hebat dengan berbagai senjata perang oleh negara Rusia, tapi tidak menyurutkan langkah Jokowi untuk tetap berkunjung ke Ukraina.
Sebab, entah disengaja atau tidaknya, Jokowi dan rombongan bisa saja terkena serangan bom misalnya, tertembak oleh sniper misalnya, atau terkena serangan senjata perang lainnya.
Karena faktanya, Ukraina sedang jadi medan perang, bayangkan kalau bicara seandaikata ada apa-apa dengan Jokowi dan rombongan, seperti terkena serangan bom misalnya.
Meskipun akan jadi sorotan dunia, tapi dalam hal ini, bisa saja Rusia atau dalam hal ini putin berkelit, bahwa serangan yang terjadi itu bukan merupakan kesengajaan atau alasan pembenaran lainnya.
Apalagi memang sudah jadi konsekuensi risiko bahwa sebuah negara yang jadi medan tempur itu tentu saja sewaktu-waktu situasi dan kondisinya jadi diluar dugaan.
Sekali lagi, Jokowi boleh dikata heroik, pemberani, nurani kemanusiaannya untuk misi perdamaian Rusia dan Ukraina lebih diutamakannya.
Apalagi sepertinya di antara para pucuk pimpinan negara di dunia ini, barulah beberapa gelintir yang berani mengambil risiko berkunjung ke Ukraina, dan salah satunya adalah Jokowi.
Namun yang jelas dalam hal ini Jokowi berbeda, karena Indonesia itu politik luar negerinya bebas aktif, artinya dalam hal ini Indonesia dalam posisi non-blok alias netral.
Beda dengan pimpinan negara lainnya yang sependek diketahui bahwa yang sudah pernah berkunjung di antaranya seperti Jerman dan Ceko yang merupakan blok timur dan Inggris, Italia, Rumania, Perancis yang merupakan blok barat (NATO) dan tentunya kedua blok ini membawa kepentingan masing-masing blok.
Artinya dalam situasi ini, suara Indonesia sebagai negara non-blok dianggap sangat penting bagi perdamaian Rusia dan Ukraina. Langkah politik luar negeri Indonesia dianggap berpengaruh besar dan dianggap strategis.
Sehingga posisi Indonesia bukanlah sembarangan, sangat dibutuhkan suara politik luar negerinya, dan di sinilah kecerdasan Indonesia terbukti melalui Jokowi dan tentunya bersama para punggawanya.
Jadi, dalam hal ini, boleh juga dikata, bahwa sejauh ini langkah politik yang dijalankan Indonesia melalui Presiden RI Jokowi sudah berhasil menengahi Putin dan Zelensky.
Kok bisa, apa alasan yang mendasarinya?
Yah, mari kita berlogika saja seperti kembali ke awal ulasan, karena biar bagaimanapun Ukraina sedang menjadi medan perang, medan kepentingan yang mengorbankan banyak nyawa manusia, risiko kematian bisa saja menimpa Jokowi dan rombongan kapan saja waktunya.
Artinya, disinilah pengkoordinasiaan, pembicaraan penting, dan penggalangan penting sudah pasti telah di kondisikan sedemikian rupa kepada pihak Rusia oleh Indonesia.
Bisa mungkin sudah ada pembicaraan khusus antara Jokowi dan Putin (Rusia) sebelumnya, terkait misi Jokowi, yang tentunya dalam hal ini ditindaklanjuti oleh para pelaksana di lapangan.
Sampai akhirnya terjadi deal bahwa Putin merestui Jokowi berkunjung ke Ukraina, dengan sejumlah jaminan keamanan, sejumlah persyaratan dan mungkin ketentuan lainnya sesuai kesepakatan pembicaraan.
Karena kalau main logika, memang tidaklah mungkin juga sebenarnya langkah politik Indonesia ini berani nekad tanpa adanya kesepakatan antara Indonesia dan Rusia atau dengan kata lain, antara Jokowi dan Putin.
Artinya juga, di sinilah, kepiawaian Indonesia (Jokowi) terbukti, bahwa setidaknya atau sedikit banyaknya Jokowi sudah boleh dikatakan berhasil menengahi Putin dan Zelesnsky.
Ibarat katanya, Jokowi sedikit banyaknya sudah berhasil merayu nurani putin bahwa dirinya akan berkunjung menemui Zelensky dalam rangka misi damai dan termasuk misi kemanusiaan.
Yang jelas ke depan, terkait bagaimana masa depan Ukraina, dan akankah Rusia menghentikan perang ini, maka tinggal nurani dari kedua pucuk pimpinan kedua belah pihak yang sedang berperang inilah yang menentukan.
Apakah mempertimbangkan dan menyetujui pembicaraan misi damai yang diusung dan sudah dibicarakan oleh Jokowi kepada Putin dan Zelensky atau tetap bersikukuh pada kepentingan masing-masing. Terserah dari kedua belah pihak ini.
Namun yang terpenting Indonesia (Jokowi) sudah berupaya maksimal demi nama kemanusiaan untuk mendamaikan Rusia (Putin) dan Ukraina (Zelensky).
Indonesia sudah membuktikan pada dunia bahwa punya andil besar mengusung misi perdamaian dunia, seperti yang termaktub dalam amanah pembukaan UUD 1945 untuk ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Indonesia telah membuktikan peran penting dalam rangka ketertiban dunia abadi dalam misi perdamaian dunia terkait apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H