Sekali lagi, Jokowi boleh dikata heroik, pemberani, nurani kemanusiaannya untuk misi perdamaian Rusia dan Ukraina lebih diutamakannya.
Apalagi sepertinya di antara para pucuk pimpinan negara di dunia ini, barulah beberapa gelintir yang berani mengambil risiko berkunjung ke Ukraina, dan salah satunya adalah Jokowi.
Namun yang jelas dalam hal ini Jokowi berbeda, karena Indonesia itu politik luar negerinya bebas aktif, artinya dalam hal ini Indonesia dalam posisi non-blok alias netral.
Beda dengan pimpinan negara lainnya yang sependek diketahui bahwa yang sudah pernah berkunjung di antaranya seperti Jerman dan Ceko yang merupakan blok timur dan Inggris, Italia, Rumania, Perancis yang merupakan blok barat (NATO) dan tentunya kedua blok ini membawa kepentingan masing-masing blok.
Artinya dalam situasi ini, suara Indonesia sebagai negara non-blok dianggap sangat penting bagi perdamaian Rusia dan Ukraina. Langkah politik luar negeri Indonesia dianggap berpengaruh besar dan dianggap strategis.
Sehingga posisi Indonesia bukanlah sembarangan, sangat dibutuhkan suara politik luar negerinya, dan di sinilah kecerdasan Indonesia terbukti melalui Jokowi dan tentunya bersama para punggawanya.
Jadi, dalam hal ini, boleh juga dikata, bahwa sejauh ini langkah politik yang dijalankan Indonesia melalui Presiden RI Jokowi sudah berhasil menengahi Putin dan Zelensky.
Kok bisa, apa alasan yang mendasarinya?
Yah, mari kita berlogika saja seperti kembali ke awal ulasan, karena biar bagaimanapun Ukraina sedang menjadi medan perang, medan kepentingan yang mengorbankan banyak nyawa manusia, risiko kematian bisa saja menimpa Jokowi dan rombongan kapan saja waktunya.
Artinya, disinilah pengkoordinasiaan, pembicaraan penting, dan penggalangan penting sudah pasti telah di kondisikan sedemikian rupa kepada pihak Rusia oleh Indonesia.
Bisa mungkin sudah ada pembicaraan khusus antara Jokowi dan Putin (Rusia) sebelumnya, terkait misi Jokowi, yang tentunya dalam hal ini ditindaklanjuti oleh para pelaksana di lapangan.