Masih mending kalau kritikan, karena tak dimungkiri juga seringkali yang datang menghantam adalah nyiyiran, umpatan, cacian atau makian. Miris bukan!
Boleh sih menarik simpati publik untuk menggenjot elektabilitas, tapi ya tetap ke depankanlah etika politik yang bertatanan sosial, dalam hal komunikasi politik yang bertata krama dan elegan.
Gurauan, kelakar ataupun candaan politik bukanlah haram, ya memang sih itu termasuk komunikasi politik, tapi tentunya tidaklah juga langsung asal "njeplak", setidaknya sebelum jadi gurauan dipertimbangkan dulu, apakah gurauan politik ini mengedukasi khalayak publik atau tidak.
Soal lucu atau tidaknya gurauan politik tersebut tentu relatif, makanya yang patut harus dilihat dulu adalah terkait layak atau tidak jadi bahan tertawaan atau ditertawakan.Â
Sehingga harus dipertimbangkan dulu dari sisi kepantasannya dan dampaknya kepada khalayak publik, menyakiti masyarakat atau tidak, mendidik masyarakat atau tidak.
Biar bagaimanapun juga, gurauan politik itu juga merupakan komunikasi dan pesan politik yang mengejawantahkan wujud kepribadian personal dan juga wujud kepribadian secara organisasi partai, oleh karenanya janganlah sembarangan kalau bergurau politik.
Jadi, mohon para pihak pengusung kepentingan politik agar dicamkan baik-baik, bahwa makna berpolitik adalah dengan kedewasaan berpikir dan berempati dalam perbedaan, jiwa etika politik yang bertatanan sosial adalah komunikasi politik yang bertata krama.
Semoga saja para elit partai ataupun seluruh punggawa politik di negeri ini menjadi manusia yang beradab dan bijaksana demi NKRI yang kita cintai bersama ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H