"Iya-iya, saya bisa mengerti itu Mas Utus, santai Mas jangan terbawa emosi Mas".
"Astaghfirullah,,, saya jadi khilaf eh, maaf ya Mas Angkasa".
"Iya".
"Ya, saya berusaha betah kerja di sini Mas meski punya Bos kayak gitu wataknya, karena OB aja ya gajinya besar sih Mas, satu lagi saya betah karena Tuty Mas".
"Iya iya, Tuty ya".
"Iya Dong, hehehe".
"Oiya Mas Utus, kira-kira Almarhum Bos paling deket atau orang kepercayaannya siapa ya di kantor ini".
"Hmmm, kalau menurut saya sih si Juki, Supir Pribadinya sekaligus juga Ajudannya. Pokoknya Ada Bos pasti ada Juki, kemanapun dan dimanapun Bos pasti ada Juki".
"Ok Mas Utus, cukuplah kayaknya, sekalian saya minta nomor HP biar nambah data saya nih, boleh kan".
"Oh boleh Mas, Juki juga orangnya terbuka kok Mas, enggak tau juga Dia itu kok tabah banget dampingin almarhum si Bos".
"Tapi sekarang si Juki kerja sama Adiknya almarhum Bos, susah si Juki kalau ketemu di kantor Mas, lebih baik ketemu Juki di rumahnya aja Mas".