Namun demikian, bukan berarti sebelum memasuki usia pendidikan tersebut, saya dan istri tidak getol membimbing anak kami soal agama Islam yang di dalamnya ada ibadah dan berbagainya ini sejak dini, ya jelas saja tetap kami berikan, tapi ya tentunya disesuaikan dengan usianya.
Seperti misal, tetap mengajak anak saya ke Masjid untuk ikut bapaknya salat, mengenalkan bagaimana berdoa, memperdengarkannya dengan lantunan ayat suci Al Quran dan lainnya yang sekiranya berkaitan dengan ibadah dan pengetahuan agama Islam, termasuk pendidikan moral dan akhlaknya.
Tapi ada satu hal kelak yang akan saya ajarkan secara intensif kepada anak saya, yaitu mengaji. Saya lah ke depan yang akan jadi guru mengaji bagi anak saya sendiri.
Ini bukannya ke depan saya tidak percaya pada guru ngaji ataupun TPA, tapi ini merupakan bentuk rasa tanggung jawab penuh saya kepada anak saya dan dalam rangka lebih efektif menerima pengetahuan mengaji.
Alasannya juga adalah, karena di kampung saya sendiri di lembah Damai Balikpapan, saya dikenal cukup baik soal ngaji ini.
Sebabnya juga saya dulunya di kampung bahkan sampai sekarang, dikenal sering juara lomba mengaji, mulai tingkat RT, RW, Kampung, kelurahan hingga juara tingkat kota.Â
Masa sih urusan mengajari ngaji anaknya sendiri harus orang lain yang bertanggung jawab, atau perlu guru ngaji. Lha bapaknya loh ngapain.
Bahkan juga kalau sekiranya ada yang mau mengonfirmasi kebenarannya terkait apa yang saya ungkapkan ini, sangat boleh kok, hohoho, masih banyak saksi hidupnya di kampung saya kok, hohoho.
Oh iya, saya ungkapkan hal ini bukannya saya pamer ya, atau saya sombong ataupun riya ya, enggak lah bukan begitu, jauh banget dari itu.
Dan setidaknya saya ingin mendidik anak saya dengan target, agar bisa lebih dari apa yang pernah diraih oleh bapaknya.