Anak saya masih kecil, mencapai usia PAUD ataupun pendidikan sekolah dasar juga belum, tapi kalau soal mengajarkan agama Islam sejak dini.
Mulai dari pengetahuan ibadah, puasa ramadan, hingga pengetahuan moral dan akhlak, maka tentunya saya dan istri sebagai orang tuanya tentu akan selalu menunaikannya.
Yang jelas, kalau sekiranya kelak anak saya sudah dirasa cukup memasuki usia pendidikan, maka pasti saya dan istri akan mengajarinya dengan lebih giat dan tekun.
Seperti tentang; Iman kepada Allah SWT, tentang Rasul, tentang salat, mengaji, dan berbagai hal lainnya tentang agama Islam, moral dan akhlak.
Seperti halnya saya sendiri, ketika dahulu saya mulai banyak diajarkan pengetahuan agama Islam oleh orangtua saya semenjak memasuki usia 7 tahun atau ketika saya mulai masuk Sekolah Dasar.
Pun juga saya dapat pengajaran agama Islam dari guru saya di sekolah, termasuk juga belajar mengaji dari guru ngaji saya.
Tapi orang tua saya tetap juga memberikan pendidikan agama Islam kepada saya dan tetap mengajarkan ibadah kepada saya
Saya pun masih ingat ketika sering diajak ikut papa saya salat di Masjid, dari situ saya mulai belajar bagaimana gerakan salat itu seperti apa dan bagaimana bacaan salat itu.
Begitu halnya mama saya, sering sekali menyuruh mengulang bacaan-bacaan salat dan bacaan-bacaan ngaji saya.
Ya, jelas sekali dalam hal ini, orangtua saya menyadari, meskipun ada guru disekolahan dan ada guru ngaji bagi saya, tapi pendidikan dari orangtua sendiri tetaplah menjadi pondasi utama bagi anak dalam rangka memberikan didikan pengetahuan agama, moral dan akhlak kepada anak.
Seperti itulah juga kelak yang akan saya terapkan kepada anak saya kalau ke depan sudah pas waktunya anak saya memasuki usia pendidikan.
Namun demikian, bukan berarti sebelum memasuki usia pendidikan tersebut, saya dan istri tidak getol membimbing anak kami soal agama Islam yang di dalamnya ada ibadah dan berbagainya ini sejak dini, ya jelas saja tetap kami berikan, tapi ya tentunya disesuaikan dengan usianya.
Seperti misal, tetap mengajak anak saya ke Masjid untuk ikut bapaknya salat, mengenalkan bagaimana berdoa, memperdengarkannya dengan lantunan ayat suci Al Quran dan lainnya yang sekiranya berkaitan dengan ibadah dan pengetahuan agama Islam, termasuk pendidikan moral dan akhlaknya.
Tapi ada satu hal kelak yang akan saya ajarkan secara intensif kepada anak saya, yaitu mengaji. Saya lah ke depan yang akan jadi guru mengaji bagi anak saya sendiri.
Ini bukannya ke depan saya tidak percaya pada guru ngaji ataupun TPA, tapi ini merupakan bentuk rasa tanggung jawab penuh saya kepada anak saya dan dalam rangka lebih efektif menerima pengetahuan mengaji.
Alasannya juga adalah, karena di kampung saya sendiri di lembah Damai Balikpapan, saya dikenal cukup baik soal ngaji ini.
Sebabnya juga saya dulunya di kampung bahkan sampai sekarang, dikenal sering juara lomba mengaji, mulai tingkat RT, RW, Kampung, kelurahan hingga juara tingkat kota.Â
Masa sih urusan mengajari ngaji anaknya sendiri harus orang lain yang bertanggung jawab, atau perlu guru ngaji. Lha bapaknya loh ngapain.
Bahkan juga kalau sekiranya ada yang mau mengonfirmasi kebenarannya terkait apa yang saya ungkapkan ini, sangat boleh kok, hohoho, masih banyak saksi hidupnya di kampung saya kok, hohoho.
Oh iya, saya ungkapkan hal ini bukannya saya pamer ya, atau saya sombong ataupun riya ya, enggak lah bukan begitu, jauh banget dari itu.
Dan setidaknya saya ingin mendidik anak saya dengan target, agar bisa lebih dari apa yang pernah diraih oleh bapaknya.
Itu saja sebenarnya kenapa soal mengaji ini kelak saya sendiri ke depan yang akan menjadi guru mengaji bagi anak saya sendiri.
Demikianlah kiranya artikel singkat ini, bukan maksud mengajari, semoga dapat bermanfaat.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H