4. Masih fakir dalam mengedukasi publik,terkait  apa yang menjadi kebermanfaatannya.
Sebagian besar artikel politik di Kompasiana kurang komperehensif dalam pembahasan, masih fakir dalam hal mengedukasi khalayak publik.
Sehingga khalayak publik masih kurang mendapatkan apa yang menjadi kebermanfaatannya, apa yang menjadi unsur pembelajaran penting yang bisa mengedukasi.
5. Menyampaikan kekritisan tapi kurang berlogika, kurang cermat menempatkan kekatarsisan.
Sebagian besar artikel politik di Kompasiana kurang cermat dalam menyampaikan kritik, bahkan alasan dan opininya sering terbentur pada kekuranglogisan.
Hal ini karena kurang cermat dalam menempatkan kekatarsisan dalam pelepasan luapan emosi dan perasaan.
Isi artikel memang kritis dan boleh dibilang destruktif serta ada upaya membangun konflik, tapi terkesan kosong dan hampa, kurang memberi dampak yang bermakna, karena hanya mengedepankan kekatarsisan idealismenya masing-masing.
Sehingga yang justru sering terjadi adalah kelalaian, karena kekatarsisan justru menjurus kepada ujaran kebencian, menyerang pribadi orang lain, dan sejenisnya.
*****
Ya, kelima hal di ataslah yang sering sekali berlaku pada sebagian besar artikel politik di Kompasiana.
Sehingga yang menjadi harapannya ke depan, artikel politik di Kompasiana bisa lebih keren lagi, bisa lebih bermutu dan berkualitas dengan tetap mengedepankan aspek keberimbangan dalam menyampaikan opininya.