1. Opini sebagian besar artikel politik di Kompasiana masih kurang mengedepankan aspek keberimbangan.
Ya, sebagian besar artikel politik di Kompasiana masih didapati keberpihakan dari penulisnya kepada salah satu pihak saja, bahkan terkesan menyudutkan ke satu pihak, dan hanya terkesan menjilat ke satu pihak.
Sudut pandang opini terlalu lemah, dangkal dan sempit, karena masih mengedepankan ego dan emosi penulisnya dengan hanya memandang terbatas pada satu sisi saja.
2. Maksud dan tujuan kurang bisa ditangkap, masih rancu dan ambigu.
Sebagian besar artikel politik di Kompasiana masih belum bisa dicerna terkait apa yang menjadi maksud dan tujuannya, kejelasan arah dalam menuangkan ide dan gagasan masih melebar kesana dan kemari, masih rancu dan ambigu karena menimbulkan multitafsir.
Pembaca masih belum dapat menangkap apa yang menjadi fokus utamanya dan kemana arahnya, karena kesimpulannya justru sering sekali masih mengambang.
3. Gampang basi, kurang cermat mengawinkan artikel dengan sudut pandang baru, minim mengkreasi kebaruan (Novelty).
Kebanyakan artikel politik di Kompasiana gampang basi, tidak relevan lagi bila dibaca untuk esok, lusa, bulan depan, tahun depan ataupun bertahun tahun kemudian.
Kurang aktual dan faktual, karena terkesan hanya salin tempel sedikit paragraf lalu diedit sedikit dan mengulang-ulang berita yang sudah pernah tayang di media, lalu hanya dibubuhi sedikit opini yang dangkal.
Hal ini terjadi karena, kurang bisa mengawinkan topik politik yang dibahas dengan sudut pandang baru ataupun masih minim kreatifitas untuk mengedepankan kebaruan, termasuk juga belum bisa membuka sisi blindspot, diskursus, dan antitesis.
Padahal banyak realita aktual yang bisa dikawinkan maupun mempertentangkan dengan topik yang di ketengahkan untuk menjadi konsep baru yang sangat bermanfaat sebagai wawasan khalayak publik.