Namun, seiring dengan terjadinya peristiwa Perang Bubat pada tahun 1357 M, karier politik Gajah Mada secara perlahan mulai meredup.
Sejatinya, peristiwa ini dipicu oleh sikap politik Gajah Mada yang terlalu obsesif ingin menaklukan Kerajaan Sunda melalui proses pernikahan antara Prabu Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka, putri Prabu Maharaja Linggabuana dari Kerajaan Sunda, tapi justru yang terjadi adalah peperangan.
Dalam peristiwa tersebut, terjadi pertempuran yang tidak seimbang antara pasukan Kerajaan Majapahit dengan pasukan Kerajaan Sunda, sehingga mengakibatkan kematian massal dipihak Kerajaan Sunda.
Peristiwa Bubat akhirnya secara perlahan menyirnakan kegemilangan Gajah Mada, hal ini karena, banyak pihak di Kerajaan Majapahit yang menyalahkan Gajah Mada, bahkan Prabu Hayam Wuruk sendiri sangat kecewa dan menyayangkan atas terjadinya peristiwa Bubat tersebut.
Meskipun pada akhirnya karier Politik Gajah Mada semakin meredup pasca peristiwa Bubat, dan secara perlahan mulai menjauh dari pelbagai urusan politik Kerajaan Majapahit, namun Gajah Mada tetap berstatus sebagai Mahapatih hingga akhir hayatnya 1364 M dan tetap tercatat dalam sejarah, bahwa Gajah Mada adalah sosok hebat dan fenomenal selama mengabdi di Kerajaan Majapahit.
Demikianlah kiranya sedikit ulasan penulis mengenai perjalanan "fenomenal" karier politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit.
Penulis mengulasnya kembali tidak lain adalah, dalam rangka menambah wawasan dan bisa jadi bahan bacaan bagi penulis dalam rangka tetap mengingat sejarah, dan semoga artikel ini juga dapat memberi manfaat bagi bersama.
Referensi bacaan didapatkan dari membaca di Historia.id dan Wikipedia.id.
Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H