Ada tiga fase penting dalam karier politik Gajah Mada selama mengabdi di Kerajaan Majapahit, yaitu sebagai Bekel Pasukan Bhayangkara, Patih Daha, dan Mahapatih Amangkubhumi Majapahit.
Perjalanan karier politik Gajah Mada tersebut memang bisa dinilai "fenomenal", karena berkat prestasi dan kinerjanya yang berikrar setia mengabdi kepada Kerajaan Majapahit, Gajah Mada akhirnya dapat memuncaki karier politiknya dengan berhasil menjadi Mahapatih Amangkubhumi Majapahit mendampingi Prabu Hayam Wuruk.
Bahkan bersamanya, Kerajaan Majapahit berhasil mencapai masa keemasan atau berada di puncak kejayaannya dengan berhasil menguasai wilayah nusantara dan sekitarnya.
Bagaimana perjalanan karier politik Gajah Mada, dapat dilihat sebagai berikut;
1. Bekel Pasukan Bhayangkara Majapahit.
Karier politik Gajah Mada di Kerajaan Majapahit pertama kali adalah diawali menjadi Bekel di kesatuan khusus pasukan Bhayangkara.
Kariernya sebagai bekel sangat mengkilap, ini karena Gajah Mada berhasil menumpas pemberontakan Ra Kuti terhadap Raja Jayanegara pada tahun 1319 M.
Sebelum pemberontakan Ra Kuti terjadi, Gajah Mada mengambil sikap tidak mau terlibat atas gejolak politik di internal elite Kerajaan Majapahit yang ternyata banyak menyoal tentang kepemimpinan Raja Jayanegara yang dirasa tidak kompeten.
Dalam hal ini, Gajah Mada tetap memilih berada di dalam barisan Raja Jayanegara karena sebagai Bekel, harus tetap loyal dan setia dengan tugas utamanya mengawal dan mengamankan raja.
Pada akhirnya, gejolak politik tersebut pecah juga menjadi chaos, sehingga memicu pemberontakan Ra Kuti yang ternyata didukung oleh berbagai kalangan elite internal Kerajaan Majapahit.