Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Terjerat Puber Kedua yang "Beti-beti" dengan Nafsu Birahi

20 Desember 2020   18:04 Diperbarui: 20 Desember 2020   18:15 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar via Theasianparent.com

Ya, puber kedua memang bisa jadi momok dalam kehidupan bahtera rumah tangga, sebab kalau puber kedua ini jadi kebablasan dan tidak segera di atasi, maka hubungan rumah tangga bisa jadi hancur berantakan.

Menurut berbagai literasi yang jadi referensi dari penulis, puber kedua ini dapat dialami oleh pria dan wanita dengan kisaran usia 35 tahun sampai dengan 40 tahun keatas.

Dari berbagai referensi tersebut, puber kedua dinyatakan sebagai perimenopause yaitu masa-masa ketika kehidupan seseorang kembali melewati periode dorongan gairah yang menggebu-gebu, pada usia sekitar 35-40 tahun.

Nah, kalau mencermati adanya dorongan gairah yang menggebu-gebu tersebut, maka artinya puber kedua ini juga bisa berkaitan dengan dorongan nafsu yang bertumpu pada hasrat, gairah dan birahi seksualitas.

Di sinilah yang sejatinya boleh atau bisa dinyatakan juga, bahwa ternyata puber kedua ini adalah termasuk juga kedalam situasi yang "beti-beti" atau beda tipis saja dengan nafsu birahi.

Dan bisa berarti juga, puber kedua ini kalau kita kebablasan dan masuk terlalu jauh di dalamnya dengan terjerat menurutinya, kita bisa bablas dengan nafsu birahi ini, maka kita bisa lepas kontrol mengikutinya dengan melampiaskannya kepada orang lain.

Nah, inilah yang pada akhirnya kalau ada yang tidak kuat mengatasi godaan nafsu birahi tersebut dan terjerat masuk di dalamnya, maka inilah juga yang dapat menimbulkan perselingkuhan serta membuat berantakan kehidupan rumah tangga.

Ya, jujur dan tidak munafik, penulis pun juga ada pernah merasakan gejala-gejala ataupun rasa "beti-beti" yang cukup intens memasuki masa puber kedua ini.

Untungnya dalam hal ini, penulis bisa mengatasinya dan bersyukut tetap mampu menjunjung tinggi komitmen berumah tangga, dengan tidak membuka ruang sedikitpun terhadap godaan ataupun pengaruhnya yang merasuki ruang pikiran dan hati penulis, dan semoga saja komitmen ini tetap teguh hingga kedepannya.

Secara gambaran umumnya menurut yang penulis alami, ketika mulai merasakan gejala "beti-beti" puber kedua dengan nafsu birahi ini, maka apa yang menjadi penyebabnya di antaranya adalah seperti;

Mulai kehilangan sentuhan rasa romansa ataupun romantisme dalam bahtera rumah tangga, baik itu berkaitan dengan hubungan seksual dan kemesraan, terlalu peka dan terbawa perasaan atas perhatian dan kepedulian lawan jenis lainnya dalam pergaulan di lingkungan luar rumah tangga.

Mulai kehilangan sentuhan rasa romansa dalam bahtera rumah tangga ini maksudnya adalah, ada sesuatu yang mulai memudar atas komitmen kita dalam berumah tangga.

Atau romantisme kemesraan di rumah tangga kita mulai digerogoti oleh rasa "sawang sinawang" romantisme rasa semu atas pandangan kita terhadap dunia luar yang lebih romantis bila kita terlibat berada di dalamnya, padahal sebenarnya tidaklah seperti itu adanya.

Romantisme semu yang memicu nafsu birahi diluaran rumah tangga tersebut seperti, terlalu terbuainya pandangan dan pemikiran kita dengan paras kecantikan atau ketampanan orang lain selain pasangan sah kita dalan rumah tangga;

Kemudian juga terlalu terbawa romantisme semu yang tercipta atas terbuainya pandangan dan pemikiran kita di luar romantisme kehidupan rumah tangga dengan rasa nyaman yang tercipta didalamnya;

Di samping itu juga, terjadi adanya ruang kejenuhan, kejemuan dan kebosanan dari rutinitas yang itu-itu saja dalam kehidupan romansa berumah tangga, termasuk juga didalamnya adalah hubungan seksual.

Sehingga karenanya, logika berpikir dan kepekaan hati, serta perasaan kita jadi mudah terkecoh dan tergoda dengan adanya rasa romantisme lain yang lebih memberi perhatian lebih pada kita dengan menurutinya masuk ke dalam jeratan nafsu birahi diluaran kehidupan bahtera rumah tangga.

Inilah kiranya yang kalau tidak segera di atasi, bisa menyebabkan hancurnya bahtera rumah tangga, karena akhirnya salah satu di antaranya, baik itu si suami ataupun si istri ada yang selingkuh ataupun berkhianat.

Nah, agar kiranya tidak terjebak dan terjerat masuk di dalamnya, maka ada yang perlu disegarkan kembali dari ruang kejenuhan, kejemuan dan kebosanan dari rutinitas yang itu-itu saja dalam romansa kehidupan berumah tangga kita.

Jadi di sini, bagi yang sependapat dengan penulis, maka sebagai ruang saling berbagi saran, manfaat dan wawasan bersama, terkait hal ini, penulis mengatasinya dengan cara seperti, mereview kembali momentum perjalanan kisah-kasih bersama, mereview kembali bagaimana jatuh bangunnya saat berjuang bersama, mereview kembali suka dan duka yang pernah dialami bersama saat pra maupun pasca berumah tangga.

Ilustrasi menguatkan romansa hubungan | Dokumen pribadi
Ilustrasi menguatkan romansa hubungan | Dokumen pribadi
Ditambah juga dengan me-refresh rutinitas dengan memvariasinya dengan aktivitas lainnya yang mewujudkan romansa kemesraan ataupun menguatkan romantisme bersama seperti, pergi kencan berduaan saja dengan istri layaknya dulu masih pacaran, menyinggahi tempat berkesan saat dulu pacaran dan lain sebagainya, intinya membangun kembali rasa, romansa ataupun romantisme kemesraan.

Dan hasilnya, cara-cara yang penulis upayakan tersebut ternyata berhasil menumbuh-kembangkan kembali rasa romansa ataupun romantisme dalam bahtera rumah tangga penulis.

Termasuk juga dalam berhubungan seksual, bagaimana memariasinya agar hubungan seksual selalu memberi kepuasan dan kebahagiaan bersama.

Seperti melakukan variasi posisi hubungan seksual misalnya, variasi dalam pemanasan, bercumbu dan variasi hubungan seksual lainnya.

Atau bisa juga sesekali mereview kembali suasana bulan madu kita dengan hanya berduaan saja di tempat romantis seperti misalnya di hotel, di pantai, di bukit berbunga dan lain sebagainya.

Tentunya banyak cara lainnya guna mengatasi puber kedua ini agar kita tidak kebablas jadi puber kedua yang menyesatkan.

Terlibat di dalamnya yang akhirnya bisa membuat kita terjebak dalam jeratan nafsu birahi yang bisa menyebabkan kita selingkuh dan akhirnya rumah tangga jadi berantakan.

Yang jelas, terkait puber kedua ini bila arahnya sudah mulai menjurus kepada "beti-beti" nafsu birahi di luar lingkup rumah tangga kita.

Maka, tinggal bagaimana upaya serius dari masing-masingnya saja, untuk menjaga dengan teguh komitmen dalam mengarungi bahtera rumah tangga kita.

Demikianlah kiranya artikel ini penulis tuangkan, bukan bermaksud untuk mengajari, tapi niat tulus untuk saling berbagi manfaat.

Salam hangat.
Sigit Eka Pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun