Apa yang telah diungkapkan oleh mantan Wakil Presiden RI, Pak Jusuf Kalla terkait kekosongan kepemimpinan nasional nampaknya perlu jadi perhatian serius bersama.
Berikut kutipan statemen Pak Jusuf Kalla;
"...Karena ada kekosongan kepemimpinan nasional yang dapat menyerap aspirasi masyarakat secara luas. Adanya kekosongan itu, begitu ada pemimpin yang kharismatik, katakanlah kharismatik begitu, atau ada yang berani memberikan alternatif, maka orang mendukungnya. Ini suatu yang disebut masalah Habib Rizieq, ini sesuatu indikator, bahwa ada proses yang diperbaiki dalam sistem demokrasi kita.."
(Jusuf Kalla).
Terlepas dari fenomena euforia massa terkait Rizieq Shihab (Rizieqforia), yang artinya juga artikel ini tidak membahas soal Rizieq, tapi lebih menyoal krisis kepemimpinan nasional.
Maka bila ditelaah dengan menyimaknya, meresapinya dan merenungkannya secara mendalam terkait apa yang telah diungkapkan oleh Pak Jusuf Kalla tersebut.
Kemudian diaktualisasikan dengan realita dinamika demokrasi dan kepemimpinan nasional yang terjadi beberapa tahun belakangan ini di Indonesia, nampaknya ada benarnya juga dan patut juga jadi pertimbangan bersama.
Sepertinya Indonesia memang sedang mengalami krisis kepemimpinan nasional, Indonesia nampaknya memang sedang mengalami darurat pemimpin yang negarawan.
Kekinian, Indonesia sedang kebanjiran politisi tapi minim negarawan, lebih banyak bertaburan yang tampil di hadapan rakyat adalah para pemimpin yang berjiwa politisi sejati daripada pemimpin yang berjiwa negarawan sejati.
Faktanya dapat dilihat, ruang khalayak publik hanya berisik dengan tingkah polah para politisi, para pemimpin-pemimpin bangsa, dan publik figur yang masih terlalu berbau-bau politis, yang justru mempertontonkan drama dan sandiwara politik dan tak edukatif.
Mereka para politisi, pemimpin-pemimpin bangsa dan publik figur yang masih terlalu berbau politis ini saling berjubel, menyesaki ruang khalayak publik dengan saling bergiliran tebar kontroversi kesana dan kesini, saling serang dan menjatuhkan di antara satu sama lainnya hanya demi ego dan kepentingannya masing-masing.
Terkadang pun malah mempertontonkan hal-hal yang tak mendidik dan tak beretika, terlupa ada rakyat yang sudah sangat cerdas dan kritis memperhatikan dengan seksama, apa yang jadi sepak terjangnya masing-masing.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!